Review Film 22 JUMP STREET (2014)

"22 Jump Street (2014)" movie review by Glen Tripollo
Film komedi memang banyak beredar di pasaran, sayangnya komedi ala barat seringkali diisi dengan lawakan-lawakan khas American yang kalo diartikan pakai bahasa Indonesia malah jadi garing. Komedi yang hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu saja, tapi sepertinya nggak begitu bagi film ini. Mengusung tema komedi yang dicampur-aduk dengan genre crime dan action, membuatnya jadi lebih fresh dan unik. Hanya saja komedi ala "Jump Street" ini selalu dengan tema dewasa dan terkesan jorok. Well, hal-hal tabu dibikin lelucon memang juaranya menarik tawa semua orang sih.

Sebelumnya, gue sama sekali nggak menduga kalo "21 Jump Street (2012)" bakalan punya sequel, berhubung ceritanya pasti monoton dan gitu-gitu doang. Ternyata, sekarang muncul "22 Jump Street (2014)" yang bikin gue menelan ludah karena penasaran setengah mampus sama ceritanya. Gue coba tonton dan ternyata, lebih mencengangkan (jauh banget bedanya) sama film pertamanya.

Kisah masih seputar kasus peredaran narkoba bernama WhyPhy (dibaca mirip sama Wi-Fi, yeah it's kind of joke) di lingkungan sebuah kampus. Schmidt dan Jenko lagi-lagi ditunjuk untuk mengupas tuntas kasus ini dengan melakukan penyamaran sekali lagi, kali ini bukan sebagai anak SMA tingkat akhir, melainkan sebagai mahasiswa~! Seperti yang kita semua tahu isu-isu soal kampus kelas B di luar negeri sana, yang mana mahasiswanya pada tinggal di asrama campuran, bebas bawa keluar-masuk lawan jenis, minum minuman keras, dan banyak lagi hal gila lainnya yang biasa mereka lakukan. Yep, dari sini aja gue udah langsung bayangin kalau komedi di "22 Jump Street" bakal jauh lebih vulgar ketimbang film pertamanya.

Hubungan Schmidt dan Jenko memang luar biasa. Bagaimana mereka dulunya satu SMA, Jenko si badass berandalan, dan Schmidt kutu buku yang lemah, mendadak dipertemukan kembali dalam ujian pendidikan kepolisian. Secara luar biasa, mereka bahkan menjadi partner yang sangat setia satu sama lain. Bromance-nya tingkat tinggi sampai-sampai dalam beberapa adegan terkesan maho banget. :) Well, gue udah lumayan lama meninggalkan kehidupan bromance sama temen-temen SMA gue, tapi gue masih inget dengan jelas gimana rasanya dituduh maho. :3


Konflik di sini udah kayak drama percintaan muda-mudi. Di mana Schmidt cemburu karena Jenko mendapatkan teman baru yang sangat mirip dengan kepribadiannya, Zook nama gaulnya. Sayangnya, dia termasuk ke dalam salah satu dari barisan nama yang dianggap berhubungan dengan peredaran WhyPhy di lingkungan kampus. Gue yakin para fujoshi di luar sana bakal sangat menikmati kisah mereka ini, yang bahkan lebih romantis ketimbang "Romeo and Juliet". Di saat yang bersamaan, Schmidt mendapatkan teman kencan bernama Maya, yang mana ternyata dia adalah anak dari si bos, Captain Dickson. Masalah? Masalah dong, ah! Tapi, masalah ini jadi salah satu adegan paling kocak sepanjang perjalanan film.

Satu yang perlu diwaspadai di sini adalah banyaknya kata-kata kasar yang diucapkan karakternya, nyaris di setiap line, F words udah sangat lumrah di sini. Lelucon santai, parodi, sarkas, bahkan rasis banyak dilontarkan setiap tokohnya. Namun, karena porsi lelucon untuk masing-masing ras sepertinya seimbang, udah gitu pemerannya juga perwakilan dari masing-masing ras, rasanya biasa saja, nggak menyinggung dan bikin jengah, sekalipun jelas banget kasarnya minta ampun. Mesum? Banyak! Tapi hanya secara literal saja. Nggak ada adegan dewasa di sini, seperti adegan ranjang vulgar atau apalah yang kaitannya menjurus ke arah pornografi. Intinya, kalo kamu nyari kisah komedi super kasar, lelucon vulgar tapi cerdas yang dikemas secara fresh, ya film "22 Jump Street" ini jawabannya. Oke, never tell the comedy, just watch it by yourself~!

Walau ini comedy yang dikemas dengan bumbu action dan crime, tapi adegannya nggak ada yang digarap secara asal. Bagaimana dua pasangan polisi pintar-pintar bodoh ini bisa juga beraksi layaknya Agent Ethan Hunt di "Mission Impossible", manjat-manjat gedung, konflik di atas container, hingga kejar-kejaran mobil di lingkungan kampus fakultas seni rupa hingga hancur-hancuran. Luar biasa serunya. Inti kisahnya sangat matang, jauh lebih kompleks ketimbang film pertamanya.

What about a twist? Setiap film yang bertemakan crime, paling enggak selalu menyuguhkan twist. Dan menurut gue twist di "22 Jump Street" masih kurang halus, karena gue bisa dengan tepat nebak siapa dalang di balik kasus utama. Seenggaknya gue nebak ini pas dipertengahan cerita, jadi masih masuk ke dalam kategori "mudah ditebak". But, it's okay, karena film ini bukanlah tentang seberapa jago pasangan polisi kita ini menangkap penjahat, melainkan seberapa kompak dan kuatnya ikatan persahabatan mereka. Bagaimana mereka bisa saling mengerti satu sama lainnya ketika keadaan memaksa mereka untuk berpisah sementara melakukan investigasi secara terpisah.

Akhir kata, film ini cukup layak untuk ditonton. Segar dan mengagumkan. Hiburan yang sangat cocok buat kamu-kamu yang sering dilanda stres sehabis bekerja. Jangan ajak keluarga, apalagi orangtua kamu buat nonton film ini. Lebih enak dinikmati sendirian saja, tanpa ditemani tambatan hati. :3

My favorite scene:
Adegan ketika Schmidt nekat lompat dari atas gedung ke kaki helikopter yang terbang, cuma buat ngebuktiin kalo dia bisa seperti Jenko. Sangat menyentuh. Terus juga adegan-adegan awal banyak sekali percakapan ngelawak yang bisa mengesankan dua arti, dan seolah-olah breaking the 4th wall.

Score: 8,3/10

Review Film 22 JUMP STREET (2014) Review Film 22 JUMP STREET (2014) Reviewed by Glen Tripollo on 19.14 Rating: 5

4 komentar:

  1. Belum sempet juga nonton film ini nih, sial emang gua haha. Tapi bener banget tuh, lawakan dari indonesia sama barat sana bener-bener beda banget, tapi malah itu yg buat kita ketawa, apa lagi diselingin sama hal-hal tabu yg tadi itu, tambah jadi aja deh wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkwk... terus sekarang udah nonton belom filmnya Bro?

      Hapus
  2. Udah sempet nonton ini beberapa hari lalu, ga berhenti ngakak =))
    Peleh bener aksinya, apalagi pas si Doug ketauan "main" sama wanita yg ternyata anaknya si kapten =))

    Dan.... yang terakhir pas mau gantian lindungin diri dari tembakan, si doug malah jatoh dan yg kena tembak tetep aje si McQuaid :D

    22 jump street is worth watching!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener, yang soal ketembak itu koplak abis sumpah. Ternyata nge-twist-nya gitu. :))

      Hapus

Halo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.

Terima kasih ^__^)//

MovGeeks Team

Diberdayakan oleh Blogger.