[West-Movie Review] Vampire Academy (2014)

"Vampire Academy (2014)" movie review by Nazmysti Nm
Setelah dibanjiri dengan vampire-flick yang berfokus pada percintaan, atau mungkin lebih tepatnya; cinta segitiga sang tokoh utama wanita dengan dua pria yang berkait ke dunia supranatural, muncullah "Vampire Academy", dimana flick satu ini kelihatan begitu menjanjikan. "Vampire Academy" dikatakan menceritakan tentang persahabatan dua gadis, yang merupakan peran utamanya, dan mereka adalah vampirnya. Yah, bukan berarti tidak akan ada romance di dalamnya, tapi isu utama yang berbeda sudah membuat kami tergoda lebih dulu. Dan itu membawa kami ke keputusan untuk menontonnya begitu menemukannya di bioskop. 

Di awal film, kami sudah disuguhkan kesan kalau ini betul-betul bakalan berbeda. Bayangkan saja, bagian narasi introduksi saja sudah menampilkan seorang protagonis yang sarkastis dan memandang dunia yang ia jalani--dunia vampir--sesantai itu, padahal ia masih begitu muda dan masih sekolah. Bukan berarti seorang vampir tidak diperbolehkan menganggap enteng dunianya, itu hak penulisnya. Akan tetapi, sudut pandang baru yang ia kemukakan mengenai dunianya itu salah satu cara segar yang cukup mengejutkan. Dan omong-omong soal dunia vampir, di film ini menampilkan dunia yang cukup berbeda dari dunia vampir yang selama ini kami nikmati dari media lain. Di sini, vampir dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok, yakni Strigoi, Moroi dan Dhampir. Strigoi adalah vampir abadi yang tak dapat mengendalikan haus darahnya, semacam vampir-zombie. Moroi adalah vampir yang bisa mati dan harus dilindungi. Dan Dhampir, setengah manusia-setengah vampir, pelindung Moroi, yang mana merupakan identitas tokoh utama di sini, Rose. 

Rose bertugas melindungi Lissa, seorang Moroi, yang kemudian menjadi sahabatnya dan terus berdampingan dengannya. Sebetulnya, banyak Moroi dan Dhampir yang berdampingan seperti Rose dan Lissa. Akan tetapi, mereka memiliki keunikan tersendiri. Mereka bisa terhubung. Rose dapat menyaksikan isi pikiran dan melihat dari mata Lissa. Hal itu membuat tugas Rose dalam melindungi Lissa menjadi lebih mudah sekaligus lebih rumit. Kedengaran seperti konflik utama yang menarik, bukan? 

Setelah mengikuti filmnya hingga pertengahan, kami mendapati isu percintaan yang rupanya benar tak lepas dari sorotan film ini. Dan, tenang, tak ada cinta segitiga di sini--kalau kalian merasa itu sudah terlalu sering tampil ke permukaan. Rose dan Lissa memiliki love interest yang berbeda, yakni Dmitri (guru bertarung Rose) dan Christian (si Moroi penyendiri yang ditemukan Lissa di tempat favoritnya). Selain percintaan, film ini juga memiliki genre tambahan yang biasanya tidak pernah dipakai di vampire-flick lain, yaitu comedy. Narasi yang disampaikan Rose banyak mengandung unsur konyol, meskipun sarkastis. Dan karakter-karakter lain juga bersikap mengundang tawa seperti Kepala Sekolah mereka yang terobsesi menjadi model. Selain comedy, genre action juga digunakan sehingga menambah kekuatan film ini. Aksi-aksi berdarah kerap diperlihatkan. Bahkan saat adegan-adegan aksi berlangsung, kadang ada perasaan seperti menonton "Underworld" versi teenlit.

Kekurangan film ini adalah tempo penceritaannya cepat bukan main. Dalam menit-menit awal, kami sudah dibawa untuk mengenali semua latar belakang cerita, mengenai Dhampir, Moroi, dan Strigoi. Juga mengenai sejarah keluarga Rose. Dan bukan awal-awalnya saja, penceritaan dengan tempo cepat terjadi di sepanjang film. Narasinya juga fast-paced sekali. Dari waktu ke waktu, kita sudah dibawa lompat-lompat dari satu adegan ke adegan, aksi satu ke aksi lainnya, penjelasan satu ke penjelasan lainnya. Wih, cukup lelah juga menontonnya. Hal itu cukup banyak mengurangi rasa suka yang kami bangun dari awal pada film ini. Meskipun begitu, saat mengetahui bahwa film ini merupakan adaptasi novel berseri, kami jadi ingin membaca novel-novelnya. Kami berpikiran mungkin di novel-novelnya tidak bertempo secepat filmnya.

Oh, dan soal bimbingan orang tua, film ini dikategorikan PG-13, yang pastinya, menurut kami, penontonnya harus remaja 17 tahun ke atas. Karena ada beberapa kekerasan, darah, konten seksual, dan bahasa yang kurang pas ditonton oleh umur di bawah itu.


Adegan Favorit:

Adegan aksi awal saat Rose dan Lissa, yang masih berada dalam perkaburan, tengah dijemput paksa untuk kembali ke akademi.


Kutipan Favorit:

Rose Hathaway: Damn, back to vampire academy.
Lissa Dragomir: Please don't say vampire academy, you know how I feel about the "V" word.
Rose Hathaway: Sorry, It's not like the drinking of blood is your main source of sustenance. Oh wait, that's exactly what it is.

Rating: 6/10

[West-Movie Review] Vampire Academy (2014) [West-Movie Review] Vampire Academy (2014) Reviewed by Anonim on 12.19 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Halo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.

Terima kasih ^__^)//

MovGeeks Team

Diberdayakan oleh Blogger.