header ads

Review Film FAST & FURIOUS 7 (2015)

"Fast & Furious 7 (2015)" movie review by Glen Tripollo
DAAAAMMMNNNN~!!! Butuh waktu lama sebelum akhirnya gue berkesempatan mencicipi sendiri film yang didapuk keren luar binasa ini. Setelah sebelumnya bioskop daerah gue selalu dihujanin sama calon penonton yang ngantri sampe panjang (kalo aja mereka semua nungging, mungkin bakal menarik karena ada praktik Human Centipede langsung!). Dan akhirnya, tepat di hari yang agak mendung ini, gue bisa juga nonton dengan nyaman. Tapi suer terkewer-kewer, bahkan pas gue nonton, studionya masih penuh. Sungguh luar binasa film terakhir almarhum Paul Walker ini! Dan akhirnya seminggu udah berlalu dan gue baru sempet nulis review ini. Ya udahlah yah, gak apa-apa. Lagipula gue masih inget semua adegan di film ini. Yuk, baca duyu!

First of all, judul. Gue pakai Fast & Furious 7 karena beginilah judul film ini ditulis di posternya, tapi lumayan kampret juga gegara gue beneran susah nemu poster yang sama dengan yang dipakai di XXI, akhirnya gue comot aja poster berbahasa Jerman, terus gue edit tagline di atasnya itu jadi bahasa Inggris. Kreatif bukan? Tapi, bukan itu sih pokok utama yang mau gue bahas di sini. Sudah cukup basa-basinya, langsung aja gue mulai review film Furious Seven ini yang gue bagi ke dalam beberapa poin penilaian. Yuk, disimak!

Sebelum kelupaan, Mbak Brow: Gue belom nonton franchise Fast & Furious dari awal, apakah perlu nonton dulu?

Pertanyaan yang paling sering gue temuin di dunia maya. Dan di sini gue jawab, kalo kamu ngga harus udah nonton film-film sebelumnya karena alur cerita yang disajikan di sini bener-bener sederhana, minim plot-twist, atau pun easter egg, jadinya mudah diikutin dan dimengerti pokok masalahnya dari mana. Tapi, kalo kalian tetep maksa, nggak perlu tonton semuanya kok, cukup tonton "Fast & Furious: Tokyo Drift (2006)" dan "Fast & Furious 6 (2013)". Tapi, beneran deh, kalo kamu sibuk, gak perlu buang-buang waktu nonton keduanya dulu. Trust me~


Secara simpel, "Fast & Furious 7" masih menceritakan tentang sekelompok pembalap liar yang diketuai Dominic Toretto (Vin Diesel) bersama sahabatnya seorang mantan polisi bernama Brian O'Connor (Paul Walker) dan beberapa kru lainnya seperti Letty (Michelle Rodriguez) yang masih dalam tahap penyembuhan dari lupa ingatan, Roman (Tyreese Gibson) yang koplaknya kebangetan, Tej (Ludacris) yang jenius kalo udah berurusan sama sistem komputer, dan yang lainnya, harus bekerja sama menghentikan Deckard Shaw (Jason Statham) yang tengah memburu mereka semua demi membalaskan dendam adiknya, Owen Shaw (Luke Evans). Nah, karena Deckard Shaw ini jagonya imba banget, Toretto and the gank membutuhkan bantuan sebuah software pencarian orang super canggih bernama God's Eye (Mata Tuhan). Tentunya yang punya software itu bukan orang biasa, melainkan seorang hacker wanita berambut kribo bernama Ramsey (Nathalie Emmanuel). Informasi tentang keberadaan cewek ini dimiliki sama seorang agen ber-codename Mr. Nobody (Kurt Russell). Mr. Nobody bilang kalo Ramsey diculik sama penjahat kelas ikan kakap bernama Jakande (Djimon Honsou). Mr. Nobody meminta bantuan Toretto's Gank untuk menyelamatkan Ramsey. Sebagai gantinya, Toretto's Gank bebas menggunakan God's Eye untuk memburu Deckard Shaw.

Poster Tribute to Paul Walker
Sebenernya kalo diperhatikan, inti cerita "Fast & Furious 7" ini seperti kisah sederhana yang berusaha banget mati-matian dibuat seolah-olah rumit. Padahal yah, kalo gue bilang sih sebagian besar plot-nya ketebak banget.

Bisa dibilang kalo "Fast & Furious" ini adalah franchise yang semakin ke sini semakin kehilangan pondasi penting. Yang mana di awal-awal dulu, kisah film ini berfokus pada balapan liar yang dibumbui dengan aksi dan laga. Sekarang? Balapan udah nggak lagi jadi topik utama, melainkan sekedar laga. Ya, sekedar adegan laga dan aksi luar binasa yang melibatkan mobil-mobil keren. Adegan balapnya bahkan cuma sekilas dan nggak penting-penting amat diadain di awal cerita. Kecewa? Sedikit! Eh, tapi gue juga dari dulu bukan penggila film jenis begini sih.

Let's talk about action
Ngomongin adegan aksi dan laga dalam film ini sebenernya bikin perasaan gue jadi gerah dan terpukau secara bersamaan. Antara kecewa tapi juga pengen berdecak kagum. Hal ini karena setiap adegan aksi di film ini bener-bener well-made. Mulai dari koreografi sampai ke cinematography yang menurut gue lumayan fresh. Mungkin kalian inget angle kamera yang berputar mengikuti arah jatuhnya karakter yang sedang dibanting? Yup, seperti adegan Deckard Shaw vs Hobbs (Dwayne Johnsonn) di sesi awal. Koreografinya bagus, berhasil memanfaatkan ruang, dan what the fuck with the sound effect? Bikin kesan kalo setiap pukulan yang dilancarkan sama mereka itu kerasnya bukan main.

Nah, bicara soal logisnya, untuk pertarungan awal ini bagi gue cukup logis, karena yang terlibat adalah seorang polisi (yang sudah pasti punya dasar-dasar beladiri yang di atas rata-rata) dan juga seorang necessary evil, pembunuh profesional yang sudah tentu jago dalam soal bertarung. Sayangnya, bagi gue adegan laga di film ini lebih banyak nggak logisnya. Terlebih yang melibatkan Toretto's Gank.

Ibarat para pembalap liar yang berlagak jadi Ethan Hunt di "Mission: Impossible"
Oke, kita tau kalo Toretto's Gank adalah pembalap liar, mereka preman, mereka udah biasa hidup di jalanan, but hey... seriously, dengan segala skill lebay begitu? Terbang pakai mobil di udara tanpa latihan sebelumnya? Terbang dari satu gedung ke gedung lain pakai mobil? Mundurin mobil masuk jurang? Main tabrak-tabrakan tanpa kerusakan fatal pada tubuh mereka? Mereka ini orang atau "Terminator"? Segala ketidaklogisan dalam film seperti "Mission: Impossible" masih tertutup dengan background karakter yang mumpuni, tapi sayangnya tidak bagi "Fast & Furious". Karakternya terkesan bisa jadi jago banget secara instan.

Salah satu adegan dengan kadar kelebayan yang maksimal untuk universe "Fast & Furious"

Unnecessary plot yang bertebaran
Let's be smart here... hampir 3/4 bagian film digunakan dalam misi Toretto's Gank menyelamatkan Ramsey dan mengambil God's Eye. Oke, mereka berhasil melacak keberadaan Deckard Shaw. Tapi, apa bener God's Eye cuma berguna sampe situ aja? Yang gue liat sih pencarian sederhana macam begitu udah banyak dilakukan sama agen-agen di film lain tanpa harus melibatkan software yang didapuk sebagai yang paling canggih sejagad raya. Udah gitu, please deh, udah alatnya canggih masa masih aja bisa kejebak? Musuhnya cuma satu orang loh, dirempuk sama selusin masih juga gagal nangkep. Koplak. Menurut gue plot ini cukup ngelawak. Mau tau yang lebih ngaco sampe akhirnya membuat 3/4 bagian film yang udah ancur-ancuran itu terkesan nggak ada gunanya? Yaitu, ketika dalam waktu singkat God's Eye jatuh ke tangan musuh dan berbalik menyerang Toretto's Gank. Gue inget waktu nonton cuma bisa bergumam "what the fuck?" dalam hati. Terus diperparah dengan adegan kejar-kejaran mobil dengan rudal. FAAAAKKK! XD~

Maksud gue tuh, ibarat kalian dikasih super-computer, tapi cuma dipake buat download and main game abal-abal.

Oh ya, satu lagi, di bagian akhir ketika Toretto pingsan. What the hell? Dia dikasih CPR berkali-kali nggak bangun, tapi pas dibisikin yang manis-manis sama Letty yang tau-tau udah inget semuanya persis di ending film, langsung bangun gak pake ba bi bu. SHIT MEN! Kenapa ini adegan sinetroniyah disispin di sini??? Ups, sorry karena bahasa gue mulai ngalay.


Oke, sudah cukup bahas bagian jeleknya. Karena, walaupun dari segi plot film ini biasa aja, seenggaknya ada yang bisa diacungin jempol. tentunya selain pertarungan Hobbs vs Deckard Shaw, juga ada pertarungan Letty dengan bodyguard di Dubai. Terus adegan Brian vs Kiet (Tony Jaa) juga lumayan, walau konklusinya najis banget. Terakhir pas main tabrak-tabrakan antara Toretto vs Deckard. By the way, gue jadi ngefans sama Roman, karena dia jago banget ngelawak. :))

Special effect-nya udah nggak perlu diragukan lagi, selain adegan awal pas Deckard keluar dari rumah sakit yang jelas banget keliatan editannya, selebihnya oke. Satu yang bikin ketagihan menikmati film ini adalah soundtrack yang asik-asik. Gue beberapa kali jadi goyangin badan gegara dengerin backsound yang asik. Gue sempet denger komentar sebagian besar penonton yang katanya bagian ending dan tribute to Paul Walker-nya itu sangat mengharukan, but well, menurut gue ngga ngefek apa-apa sih. Ada suatu hal yang kurang di sana, yaitu alasan pisah jalan yang kurang kuat antara Toretto dan Brian. Alasannya Brian biar bisa fokus bangun keluarganya? What the hell, Toretto itu udah kayak sahabat baik, gak peduli seberapa jauhnya Brian pergi sama keluarga (ditambah istri Brian adalah adik Toretto) masa iya Brian bakal diem aja kalo tau Toretto dalam masalah (mungkin di Fast & Furious yang akan datang?). Kurang kurang kurang~

Film ini meraih penghasilan luar biasa besarnya dengan inti cerita yang biasa-biasa saja, maka gue simpulkan di sini kalo film ini sukses karena menjual nama Paul Walker yang telah tiada. What a shame? Untuk hiburan, oke lah. Tapi, gue nggak bakal antusias kalo seandainya lanjutan film ini beneran dibuat.

NB: Nyaris semua karakter cowok dalam film ini botak dan cepak. LOL.

Score: 7,3/10

Posting Komentar

0 Komentar