Review Film SUICIDE SQUAD (2016)

SUICIDE SQUAD (2016) movie review by Glen Tripollo
Kalo bukan karena gak ada pilihan lain, mungkin gue nggak bakal pernah mau ngecek film ini langsung di bioskop. Bermula dari banyaknya review negatif bahkan dari sebagian fans fanatik DC Comics, gue jadi skeptis sama produk-produk DCEU (DC Extended Universe). Gue pernah nulis status berkaitan dengan DCEU yang gue rasa terlalu buru-buru dalam membangun shared-universe di akun Facebook gue. But, okelah, mumpung lagi ada waktu, why not to give it a try?

Terus 'kan akhirnya gue nyaksiin sendiri nih filmnya. Apakah review negatif yang bertebaran di mana-mana itu benar adanya? Atau gue bakal meralat status gue di Facebook tersebut? But first, harap diingat kalo di sini gue bakal menyampaikan apa yang gue pikirin setelah selesai nonton film ini. Bagus atau nggaknya, gue jamin kalo gue nulis ini secara bebas, nggak ada dorongan atau paksaan dari pihak manapun, apalagi dibayar studio pesaing. Nggak. Hebat amat gue kalo sampe dibayar sama studio produksi sebesar itu. Hahahaha. So, sebisa mungkin gue hindarin segala bentuk perbandingan dengan produk sebelah dan membahas lebih fokus pada film ini aja. Yuk, baca terus review film SUICIDE SQUAD (2016) ala gue berikut.

SUICIDE SQUAD (2016) adalah nama sebuah kelompok penjahat yang dibuat secara paksa oleh Amanda Waller (Viola Davis), perwakilan dari agen rahasia pemerintah, untuk menjalankan misi-misi berbahaya demi menjaga keamanan negara. Sebagian besar anggotanya adalah para villain dari cerita Batman, seperti Harley Quinn (Margot Robbie), Deadshot (Will Smith), Captain Boomerang (Jai Courtney), Killer Croc (Adewale Akinnuoye-Agbaje), El Diablo (Jay Hernandez), dan Slipknot (Adam Beach). Kelompok yang keliatannya liar dan susah diatur ini dikomandoi oleh salah satu anggota militer, Rick Flag (Joel Kinnaman). Lalu, sebagai tenaga ekstra muncul lagi Katana (Karen Fukuhara).

Nah, ceritanya Amanda Waller udah sombong bisa menjalankan banyak misi luar biasa karena sudah menguasai metahuman berkemampuan magis bernama Enchantress (Cara Delavigne) yang merasuk ke dalam tubuh kekasih Rick Flag. Enchantress berhasil kabur dan melakukan perlawanan. Dianggap terlalu berbahaya, Amanda akhirnya mengutus Suicide Squad untuk memburu Enchantress yang ternyata sudah menguasai suatu kota dan membuat pasukan sihir dengan menggunakan penduduk lokal. Berhasilkah Suicide Squad yang notabene mereka sendiri adalah penjahat mengalahkan kesaktian Enchantress? Atau justru malah berbalik mendukung Enchantress dalam usaha menguasai dunia?

Character Poster SUICIDE SQUAD (2016) yang bisa dibilang kreatif dan unik

Menyimpan potensi yang besar namun kurang digarap dengan maksimal
SUICIDE SQUAD (2016) adalah film yang besar dan memiliki segudang potensi untuk digali. Sebut aja dari beragamnya karakter yang dipakai di sini. Semuanya tokoh villain dari cerita superhero DC, setiap karakter adalah bintang dan memiliki kisah origin-nya masing-masing. Tapi dari sekian banyak karakter yang ada, cuma Harley Quinn dan Joker, Deadshot, serta El Diablo yang lumayan mendapatkan sorotan dan pendalaman karakter. Itu pun porsinya belum dapat dikatakan cukup. Padahal gue kan penasaran juga sama masa lalu Killer Croc, Boomerang, dan bahkan Enchantress.

To be honest, gue agak sulit menggambarkan film ini dengan kata-kata. Mungkin kalau ada anak SMP yang disuruh menulis cerita pertarungan dengan memanfaatkan banyak karakter hasilnya akan seperti ini. Karakter demi karakter bermunculan asal tempel, asal gabung, asal nongol, asal kerja sama, asal dikasih misi, asal dibikin konflik, dan akhirnya bersama-sama melawan boss enemy-nya. Itu karena rata-rata anak SMP yang sudah bisa membuat cerita tetap saja belum cukup matang secara logika. Gimana ya? Rasanya si pembuat cerita sama sekali gak ada keinginan membangun chemistry dengan penontonnya. Semua karakter hanya dibuat untuk sekedar ditonton, mereka asik sendiri, kita yang tinggal mengikuti ke mana mereka hendak pergi, tapi kita sebagai penonton sama sekali ngga mengenal mereka. Mereka bakal terus berjalan dan asyik sendiri gak peduli penontonnya ngerti apa nggak. Kalau bukan fans fanatik DC Comic yang sudah mengenal karakter demi karakter dari versi komiknya mungkin masih bisa ngikutin, tapi tidak bagi penonton awam yang butuh lebih banyak penjelasan mengenai apa dan siapa. Ada alasan kenapa penonton bisa ikut tenggelam dalam cerita dalam, salah satunya adalah karakterisasi yang menarik, pengenalan tokoh yang tepat, sehingga bisa menimbulkan rasa simpati atas apa-apa yang dirasakan oleh si karakter. Sayangnya, itu nggak gue dapetin di film SUICIDE SQUAD (2016) ini.

Karena kurangnya pengenalan dan penggalian latar belakang masing-masing karakternya, akhirnya kisah dan interaksi  antar-karakter pun terasa datar dan kurang natural. Termasuk di dalam adegan yang supposedly dramatic, gue merasa biasa aja. Gue nggak bisa ngerasain pedih-pedihnya Harley Quinn waktu kehilangan Joker, padahal untuk ukuran romance antara dua orang "sakit", harusnya bisa lebih terasa "sickly dramatic". Bahkan gue sama sekali ngga merasa kasian sama kondisi Rick Flag yang mesti bertarung sama Enchantress padahal kekasihnya adalah inang yang dipakai penyihir jahat tersebut. Satu-satunya karakter yang cukup mendapatkan simpati gue adalah Deadshot, mungkin karena dia diceritakan punya seorang anak, dan yah, berasa sih konflik batin dia antara bekerja jadi penjahat tapi juga ngga mau bikin anaknya merasa kecewa dengan keadaan dirinya. Ditambah cara dia ditangkap oleh Batman yang gue rasa out of character banget bagi Batman menangkap penjahat di saat orangnya tidak sedang melakukan kejahatan, di depan anaknya pula. Kalo karakter lainnya? Meh~

Pada akhirnya gue cuma cengo sendiri karena belum nemu alasan apa yang bikin Enchantress menggila. Kalau dia ingin bebas, dia udah dapat kebebasan, terus kenapa mesti ngancurin kota dan menciptakan senjata? Wait, senjata yang mau dia bikin itu cara kerjanya bakal kayak gimana aja gue nggak tau. Soalnya kan sepanjang final battle doi cuma kayak lakuin ritual tapi nggak selesai-selesai. Karena nggak tau fungsinya, akhirnya gue ngerasa bingung, di mana letak bahayanya? Akhirnya lagi-lagi konflik pun jadi datar. Seenggaknya kalau seorang villain utama udah berencana melakukan sesuatu yang besar seperti menghancurkan dunia, kasih dong penjelasan yang bisa bikin merinding atau penonton tegang memikirkan apa yang akan terjadi pada bumi kalau tokoh-tokoh utamanya sampai gagal.

Kehadiran Joker pun berasa kayak filler. Sekedar tempelan nggak penting buat manjang-manjangin durasi. Dia punya kepentingan sendiri, punya tujuan sendiri, tapi tiba-tiba ilang begitu aja, sama sekali gak ada hubungannya dengan Enchantress. Berasa kayak ada 2 cerita yang dipaksa menyatu jadi satu. Alih-alih kagum sama Joker, gue malah merasa keberadaan dia di dalam film itu kayak penghilang fokus cerita dan gak penting. Benar-benar mengganggu. Apalagi kegilaan yang dia tampilkan nggak berasa natural. Ini sama kayak gue lagi asik nonton konser, tiba-tiba ada orang gila joget-joget di depan gue persis minta diperhatiin. Screw you, Joker!

Lame jokes.. lame jokes everywhere...
Gue ngerti, dengan maksud menggaet penonton remaja, menjadikan film ini be-rating PG-13, harusnya sih disisipin adegan komedik biar lebih fun. Sayangnya sekumpulan penjahat bermasa lalu kelam ini memang nggak cocok dibikin saling ngelawak. Hampir semua lawakan yang dilontarkan akhirnya gagal, entah berapa kali Harley Quinn mengatakan sesuatu yang mestinya kocak, tapi jatuhnya garing. Mungkin juga karena lawakannya ngga ada yang fresh. Menurut gue sih, justru baiknya cerita SUICIDE SQUAD (2016) dibikin jauh lebih dark nan kelam. Perdalam lagi pengembangan karakternya, perkenalan masa lalu karakternya, karena hampir semua villain di DC Comic itu memiliki alasan tersendiri (yang kadang sebetulnya nggak salah-salah amat) yang mendorong mereka untuk menjadi penjahat.

Setiap karakter memang punya masa lalu beda, alasan yang beda untuk jadi jahat, dan kepribadian yang beda. Tapi, setidaknya kegelapan yang mereka miliki itu sama. Itulah yang baiknya dikupas untuk membuat para karakter di sini akhirnya kompak, bersatu, demi melawan penjahat lain yang idealismenya benar-benar berbeda dengan apa yang mereka punya. Menggunakan sisi gelap mereka untuk menumpas kegelapan yang nggak sejalan dengan niat dan tujuan mereka. Jadi bukan sekedar bergerak karena ditanam bom aja, juga bukan bergerak karena memiliki rasa simpati dan ingin menyelamatkan orang layaknya superhero, tapi lebih kepada perasaan mereka yang ingin mengalahkan musuh demi diri mereka sendiri, demi mempertahankan idealisme yang mereka dambakan. Di SUICIDE SQUAD (2016), kita lebih diarahkan kepada pemahaman bahwa villain tetap memiliki jiwa hero di dalam dirinya. Padahal akan menarik kalo mereka memiliki sisi pemikiran ala anti-hero. Serius, perubahan sikap mereka saat buka sesi curhat sama Rick Flag, beneran berasa enggak kayak penjahat, terlalu lunak hati mereka.

Please DC, ketika akhirnya gue sadar kalo kalian bener-bener payah dalam menyajikan komedi, setidaknya cobalah membuat kisah dark nan kelam yang lebih kompleks lagi. Kalian tetep bisa kok bikin cerita gelap dengan tetap stick pada rating PG-13, selama menghindari penggunaan bahasa kasar dan juga menyingkirkan adegan ranjang yang gak penting selain cuma sebagai fan service. Ah, wait, munculnya Joker di film ini juga gue yakin cuma fan service.

Gue cuma bisa bilang kalo gue kecewa banget sama film ini. Persis seperti yang udah gue bayangin sebelumnya. Alur cerita mudah ditebak, akting setiap karakternya too generic. Padahal DC Comic terkenal dengan superhero anti mainstream, entah kenapa sekumpulan villain-nya kok malah mainstream banget. Soal isu adegan Joker banyak dipotong? Gue rasa itu keputusan yang tepat. Malah baiknya sekalian aja gak usah libatin Joker di sini karena belum terasa penting. Muncul sebentar di adegan akhir buat ngajak kabur Harley Queen boleh deh, tapi ga usahlah ngeganggu konflik utama.

Ada banyak banget plothole dan mislogic di sini, yang mana akhirnya cuma bikin gue menikmati seru-serunya berantem mereka aja, tapi secara isi, sama sekali ngga ada maknanya. Kalo kalian punya banyak waktu luang, ini memang tontonan yang asik sambil makan popcorn, ngga perlu mikir dan santai... tapi yah, merusak image DC sih.

By the way, Katana deserved more explaination. Dia muncul begitu aja, dan ternyata sudah kenal sama Rick Flag. Apa sebenarnya dia? Kok bisa santai amat kerjasama dengan pemerintah dan bersedia mendampingi Suicide Squad? Dia juga selalu bicara pake bahasa Jepang, why? Apa memang nggak bisa sama sekali bahasa Inggris? Atau cuma sebagai penguat bukti kalo doi berasal dari Jepang? Damn lah...

Ah ya, gue nggak tau kalo ada mid-credit scene-nya, secara pas filmnya abis gue langsung pengen buru-buru keluar dan pulang ke rumah. Entahlah, gue juga ngga ngerasa perlu nonton mid-credit scene setelah melihat betapa kacaunya film ini. Seperti tagline di dalam poster "Worst Heroes Ever", tampaknya memang kalimat tersebut diartikan secara harfiah, karena nyatanya mereka memang worst dalam pengeksekusian ceritanya.

Pesan gue buat DC sih, mendingan pecat aja penulis ceritanya, terus ganti sutradaranya dengan sutradara yang lebih baik. Dan yang lebih penting, kalau masih pengen tetep jalanin DCEU, luangin waktu buat memperdalam lagi konsep shared-universe-nya. Gak usah terburu-buru. Santai aja. Terus pikirin juga para penonton awam, jangan cuma mentingin fans fanatik aja. Emang gak pengen punya fans baru dari kalangan awam? Hehe.

So, dengan demikian rasanya nggak perlu lah ya gue meralat status gue di Facebook, dan gue bisa melihat kenapa banyak orang ngasih film ini penilaian buruk. Kabar baiknya, walau buruk dalam kualitas cerita, film ini tetep berhasil jadi film laris. Selamat ya, DC and WB~ Hehe...

NB: Di balik sekian banyak kekurangan, film ini masih punya beberapa kelebihan kok. Yaitu, pemasarannya yang kreatif, liat aja desain posternya terus pendapatan mereka hingga hari ini. Hehe. Terus juga soundtrack-nya enak-enak. Terutama lagu Queen yang memang udah gue suka banget dari kecil.

Score: 6,8/10

Review Film SUICIDE SQUAD (2016) Review Film SUICIDE SQUAD (2016) Reviewed by Glen Tripollo on 15.41 Rating: 5

12 komentar:

  1. Score 6,8 kayanya ketinggian buat gw untuk film ini. Maksudnya waktu itu gw tertidur saat nonton ini film haha jafi gak bisa kasih scor penuh. Jangan tanha gw tertidur nya karna apa hahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gue tau nih, pasti ketidurannya gara-gara kekenyangan popcorn... :))

      Hapus
    2. Haha...kabarnya Wonder Woman juga bakalan punya plot yang membingungkan, dan berantakan macam ini film *honestly, I expect more from DC

      Hapus
    3. Ho oh, baca di berita katanya gitu. Ah sudahlah, saya beneran udah ngga ngarepin apa-apa soal DCEU, udah jelas mereka cuma kebelet and ga sabaran aja pengen nyaingin Marvel sampe melupakan esensi penting dari membuat cerita yang bagus. Maybe saya bakal perbaikin ekspektasi kalo ada rencana buat nge-reboot DCEU.

      Hapus
    4. Haha gw mau bilang gitu agak-agak gak enak, takut dikira fan Marvel garis keras :D *padahal gw emang fan film Marvel

      Padahal di trailer WW itu keren banget lho, sangat menjanjikan untuk jadi film yang epic dan heroik. Masa iya woman's hero nya harus nunggu dari versi Carol Danvers nya Marvel buat bangkitin semangat superhero wanita di jagat film. Marvel lagi-Marvel lagi dong 😅

      Hapus
    5. Hahaha, di sini santai aja. Gue kan movie critic, jadi netral kok antara DC or Marvel. Ngga ada garis keras di sini, adanya good movie or bad movie. Marvel sendiri bareng Sony and Fox udah banyak ngehasilin film-film jelek, misalnya Fantastic Four kemaren itu. Kacau abis itu. Sayangnya, kalo DC dari 2 film yang udah nongol, keduanya jelek. Akhirnya mengundang sikap skeptis penonton. Haha.

      Yup, WW bagus di trailer, tp bukannya BVS dan SS juga bagus di trailer? :D

      Hapus
    6. Iya kalau situ sih santai aja, gw maksudnya :D

      Oh iya Movgeeks gak review BVS ya?
      BvS gak bisa dibilang jelek juga sebenarnya, gw masih bisa ngerasain emosi waktu menontonnya. Sedih saat Superman tewas dan guncangan jiwa saat kemunculan WW :D -ini lebay-. Maksud gw masih jauh lebih baik daripada SS yang jujur gw nontonnya gak ngerasain apa-apa kecuali Ngantuk haha.

      Note: gw ketagihan baca review dimari, ampe post review film lama aja gw ubek-ubek. :D

      Hapus
    7. Wkwkwkwk...
      Belum review BVS nih, kayaknya mesti cari waktu buat tonton ulang dulu soalnya udah agak blur ingatan gue sama tuh film... XD

      Tapi BVS dapet nominasi Razzie yak, SS kagak. :D

      Serius nih bro? Thanks a lot yak udah mau ubek2 blog gue yang gak seberapa ini. Moga ngga bakal bosen. Haha.

      Hapus
    8. Nontonnya yang versi Extended, plot nya jelas, soalnya ada beberapa plot penting yang dipotong di theatrical nya. Walaupun tetep ada bagian yang belum terlalu jelas yang maksudnya sebagai clue di film selanjutnya.

      Iya nih kamvrettt banget BVS masuk ke Razzie, mana banyak buanget lagi masuk nominasi. SS? Percaya gak kalo tuh film masuk Oscar!! 😤 Tata rias terbaik atau apa gitu. Tapi ya faktanya untuk masalah yang satu itu emang bisa dibilang unik sih SS dibanding superhero/anti hero lain.

      Iya bro' gw baca semua😁. Gw baca mundur. Gw kalo ketemu web yang udah suka gitu ya bakalan dihabisin.😂
      Soalnya gw nilai review lu sama kaya yang gw pikirin. Udah itu aja haha
      Semangat deh ngreview nya.

      Hapus
    9. Yup, ini di laptop ada kok versi Extended-nya.
      SS untuk riasan memang tergolong menarik sih, wajar masuk nominasi di bagian itu. Cuma satu itu doang kan nominasinya? haha.

      Siap bro, thanks a lot ya. :)

      Hapus
    10. Iyaaa...alhamdulilaah yaa cuman satu wkwkkw *jahat

      Sipp bro'

      Hapus
  2. Daftar Casino Online Indonesia
    Daftar Casino Terpercaya
    Daftar Roulette Online
    Agen Judi SBOBET
    Judi Bola
    Judi Online
    IBCBET Online
    Agen Judi Roulette Online
    Agen Judi Roulette
    Daftar Sbobet
    Agen Roulette Online
    Agen Roulette
    Agen winenlose88.com

    BalasHapus

Halo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.

Terima kasih ^__^)//

MovGeeks Team

Diberdayakan oleh Blogger.