[West-Movie Review] 21 (2008)

Winner, winner, chicken dinner.

Itu adalah kalimat pembuka dari film ini, yang kemudian segera saja menciptakan suasana Las Vegas yang kental.

Film ini dilatarbelakangi cerita tentang seorang mahasiswa berprestasi yang nyaris putus harapan dalam mendapatkan beasiswa. Meskipun kepandaiannya sangat membantu, malangnya, ia harus bersaing dengan jenius-jenius lain dalam kategori pengalaman hidup. Lantas latar belakang tersebut membawanya ke suatu situasi baru. Ketika salah satu dosennya menawarkan untuk masuk ke klub ‘penghitung’ angka probabilitas dalam permainan judi, sekaligus memberikannya solusi untuk membayar kuliahnya tanpa beasiswa, ia—yang awalnya ragu—akhirnya bergabung dalam klub ‘penghitung’ asuhan dosennya tersebut.

Latar belakang dan sinopsisnya terdengar menarik, bukan? Terus terang, kami tergoda dengan klub ‘penghitung’ tersebut. Kerja sama tim dan persahabatan dalam film senantiasa menarik perhatian kami, begitu juga dengan yang ada di film ini. Di samping itu, tema filmnya cukup atraktif. Sejauh ini, kami belum pernah menemukan film yang membahas sekumpulan mahasiswa jenius mengakali perjudian selain film ini. Konflik dan intrik ceritanya juga tak buruk. Cara bagaimana sang peran utama mengatasi ketamakannya akan uang—yang bahkan awalnya ia tolak, kemudian masa lalu sang dosen dengan anggota keamanan salah satu klub judi itu dikemas dengan natural, namun juga tidak terduga-duga. Twist-nya sangat terasa, bahkan sebelum mencapai ending. Latar dan nuansanya pun dipertunjukkan dengan baik, dengan tone dan kualitas gambar yang cukup. Kami merasakan meriahnya Las Vegas setelah menonton film satu ini.

Oh, dan karakterisasi tokoh-tokohnya lumayan terjelaskan dan menonjol. Selain karakter utama—Ben, dan gadisnya—Jill, kami bahkan lebih mendapatkan kesan lebih pada empat tokoh di sekitar mereka; Micky Rosa--sang dosen yang karismatik sekaligus licik, Fisher yang santai serta menawan, Choi yang kleptomania, dan Cole Williams—sang anggota keamanan klub judi yang sebenarnya juga pintar menghitung kartu.

Kendati demikian, film ini juga memiliki kekurangan. Alur penceritaannya agak membosankan, yang diisi dengan beberapa dialog standar (kecuali saat di kampus dimana dialognya lebih terdengar berbobot) dan adegan-adegan romantis yang sudah dapat ditebak akan terjadi sejak awal. Kalau menurut kami, akan lebih baik kalau dialognya sedikit diperkaya dan sisi romance-nya lebih diperhatikan—atau tidak diadakan sama sekali. Akan tetapi, bagaimanapun, kami dapat memakluminya karena katanya ini adalah film yang berdasarkan fakta.

Favorite Quote (agak panjang, tapi, yah, ini memang keren):

Micky Rosa: "He says, "Ben, do you want to stay with door number one or go with door number two?". Now, is it in your interest to switch your choice?"

Ben Campbell: "Yeah."

Micky Rosa: "Well wait, the host knows where the car is. So how do you know he's not trying to play a trick on you - trying to use reverse psychology to get you to pick a goat?"

Ben Campbell: "Well I wouldn't really care. I mean, my answer's based on statistics - based on variable change."

Micky Rosa: "Variable change? But he just asked you a simple question."

Ben Campbell: "Yeah, which changed everything."

Micky Rosa: "Enlighten us."

Ben Campbell: "Well, when I was originally asked to pick a door, I had a 33.3% chance of choosing right. But after he opens one of the doors and re-offers me the choice, it's now 66.7% if I choose to switch... So yeah, I'll take door number two and thank you for the extra 33.3%."

Micky Rosa: "Exactly. People, remember - if you don't know which door to open, always account for variable change. Now see, most people wouldn't take the switch, out paranoia, fear, emotions. But Mr. Campbell, he kept his emotions aside and let simple math [in a game show host voice] get his ass into a brand new car!... Which is better than that goat you've been driving around campus..."

Rating: 7/10