NOTE: Sebelumnya gue mau sampaikan dulu kalo review ini murni mengarah pada kualitas dari film itu sendiri. Gue nggak bakal membawa-bawa masalah agama di sini. Sudah jelas banget disampaikan sama pihak produksi film, bahwa film ini merupakan versi fiksi dari sejarah Nabi Musa yang selama ini pernah kita ketahui kisahnya. That's why, gue masukin film ini ke dua genre, yaitu biblical history dan historical fiction. Mohon disikapi dengan bijak. Kalo udah siap, yuk simak review film Exodus: Gods and Kings (2014) berikut ini!
"Exodus: Gods and Kings (2014)" menceritakan kisah kehidupan dan perjuangan Musa/Moses (Christian Bale) dalam membebaskan para budak Ramses (Joel Edgerton) dari Mesir menuju tanah impian bernama Kanaan. Pokok permasalahan yang dibahas dalam film ini memang sebagian besar mengambil kisah dari Alkitab dengan banyak penambahan unsur, perubahan sifat, kemampuan, dan beberapa elemen-elemen lainnya untuk memberikan cita rasa yang berbeda bagi para penikmat film. Ada beberapa poin yang bakal gue coba bahas dalam review kali ini.
Awesome CG Special Effect!
Untuk urusan setting, bagaimana penggambaran Mesir di masa-masa pembangunan Pyramid dan istana Ramses, bangunan-bangunan kecil tempat tinggal para penduduk lokal dari kalangan bawah, sampai daerah tempat para budak dipaksa bekerja, semuanya bener-bener terlihat nyata. Belum lagi penggambaran tujuh bencana yang menyerang kerajaan Ramses, mulai dari genangan air darah, serangan kodok, lalat, wabah penyakit, hujan batu, sampai akhirnya kegelapan pekat yang menjemput nyawa anak-anak bangsa Mesir, semuanya digambarkan sangat baik dan terasa efeknya ke penonton. But, hey, save the best for the last karena adegan paling keren menurut gue memang adanya di akhir, ketika air laut yang semula surut (membelah) mendadak kembali menerjang pasukan Ramses, perfect! Selain CG yang menggambarkan setting dan fenomena alam, penggambaran perang kolosalnya juga bagus.
Poor Characterization
Yep, gue nggak pernah ngebayangin kalo Ramses yang kejam dan mengaku dirinya sebagai dewa punya raut muka menyedihkan dan tingkah laku kayak anak-anak manja. Bahkan di beberapa bagian terkesan kebanci-bancian, sampe gue nanya-nanya dalem hati, "ini di mana sisi menyeramkan yang mesti ditakutin sama rakyatnya? Malah terasa kalo Ramses ini orang yang telat dewasa dan cengeng.". Kesan badass kurang nendang, coba kalo dibuat lebih arogan lagi, lebih semena-mena lagi, and lebih powerful lagi nada bicaranya, mungkin bakal menghidupkan tokoh antagonis ini. The same goes to Christian Bale as Moses. Karakterisasinya kurang nendang. Kurang menunjukkan wibawanya sebagai "orang terpilih". Dan penampilannya dengan rambut agak gondrong dan jenggot lebat itu mengingatkan gue sama tokoh Rick Grimes di TV series "The Walking Dead". Haha. Terus juga gue agak muak sih dengan banyaknya jumlah tokoh-tokoh pria gemulai yang sering ditampilkan. Tapi, gue salut sama sisipan bumbu komedi di pertengahan cerita, ketika Ramses menghukum gantung penasihatnya yang sok pinter dan peramal sok saktinya itu. Komikal banget adegannya. Lumayan penyegaran setelah dibuat cemberut serius melulu dari awal cerita.
Durasi yang terlalu panjang
Indeed. 150 menit. Jadi, gue sarankan buat yang baru berencana nonton persiapan dulu soal makanan and minuman sebelum masuk ke dalem studio. Lantas apakah durasi panjang tersebut begitu penting? Menurut gue nggak. Durasi panjang di film ini seharusnya masih bisa sedikit dipangkas, paling nggak daripada 2,5 jam, mendingan dijadikan 2 jam aja. Ada beberapa adegan yang gue rasa nggak perlu terlalu lama disorot. Oke, mungkin buat memunculkan efek dramatis, tapi menurut gue malah bikin boring and ngantuk. Pemikiran positif gue lainnya soal durasi panjang adalah supaya pembangunan karakternya terasa pas dan mendetail. Tapi, menurut gue itu nggak ngefek. Soalnya biar udah panjang juga, karakterisasi Moses tetep begitu-begitu aja, dan perubahan pemikiran karakter tersebut--dari yang semula meragukan masa lalunya hingga akhirnya menjadi seorang agamis karena mendapat "petuah" dari sosok masa lalunya--terasa terlalu mendadak Langkah yang kurang tepat menurut gue, ketika suatu perjalanan karakter seharusnya bisa makin detail dengan penambahan durasi, eh malah sia-sia belaka and bikin ngantuk.
Pada akhirnya gue cuma bisa bilang kalo film ini cukup menghibur. Why so serious? Nikmati saja kalo lagi punya banyak waktu luang, but don't expect to much. By the way, It ain't famuly movie. Isi cerita lebih cocok dinikmati remaja-dewasa. Anak-anak nggak bakal ngerti dan pasti ketiduran di dalam studio (paling menyebalkan malah nangis minta keluar gegara bosen). So, titipkan aja anaknya kalo mau nonton ini.
My favorite scene:
Udah jelas kayaknya, film ini nyaris keseluruhan isinya serius dalam tempo lambat dan durasi panjang. Secercah adegan komedi yang agak komikal akan menyegarkan. Sama segarnya ketika gue nyasar di padang pasir berhari-hari terus nemuin oase. Tau lah ya adegan mana yang gue maksud? Kan udah kasih tau di atas. :)
NB: Biblical history sebelumnya, "Noah (2014)" mendapatkan banyak sekali kritik dari para kritikus film internasional. Film "Exodus" ini belum bisa dikatakan film dengan genre serupa yang luar biasa, namun setidaknya masih beberapa tingkat lebih baik dari "Noah".
Score: 7,5/10
2 Komentar
Semalem habis nonton, dan emang iya yang ditulis sebagai review bener semua. Kalo menurut gue, khusus bagian segmentasi, penyebab jangan bawa anak anak bukan cuma karena mereka gak ngerti, justru bisa jadi media edukasi buat pelajaran agama. Penyebab yang lebih tepat supaya tidak membawa anak anak adalah karena banyak adegan blood spilling di dalamnya. hehehe
BalasHapusHaha, iya bro Mastauf. Itu juga bisa. :)
BalasHapusHalo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.
Terima kasih ^__^)//
MovGeeks Team