header ads

Review Film SEVENTH SON (2015)

"Seventh Son (2015)" movie review by Glen Tripollo
Jeff Bridges strikes again! Abis peran spektakulernya di film "The Giver (2014)" and "RIPD (2014)" kali ini dia terlibat dalam sebuah film adaptasi novel fantasi berjudul "The Spook's Apprentice" yang akhirnya diubah jadi "Seventh Son" untuk versi film layar lebarnya. Mungkin agar lebih bernilai komersil ketimbang judul novelnya. Atau untuk menghindari kesalahpahaman penonton dengan "The Sorcerer's Apprentice (2010)" yang diperankan Nicholas Cage. Lagipula film yang sebetulnya udah selesain diproduksi tahun lalu entah kenapa mengalami beberapa kali penundaan jadwal penayangan. Walaupun sebetulnya film ini rilis lebih dulu di Prancis pada 21 Desember 2014 lalu, kita baru bisa menikmatinya Januari 2015.

Di sini, Jeff Bridges masih memainkan peran yang sebetulnya nggak jauh beda sama dua film pendahulunya, yaitu sebagai senior yang melatih junior. Sudah selesai beliau mentransfer memori kepada Sang Receiver, melatih partner barunya dalam membasmi setan-setan penasaran di RIPD, akhirnya bersama dengan Thomas Ward (Ben Barnes) membasmi penyihir jahat dari muka dunia.

"Seventh Son (2015)" menceritakan tentang seorang pemburu makhluk kegelapan yang disebut sebagai Spook, bernama Master Gregory (Jeff Bridges) yang di masa lalunya pernah mengurung sesosok witch bernama Mother Malkin (Julianne Moore) di penjara di dalem bukit. bertahun-tahun kemudian, pas bulan merah mulai menunjukkan tanda-tanda kemunculannya, kekuatan Mother Malkin kembali dan berhasil lari dari kurungan tersebut. Sambil menantikan bulan merah bersinar penuh (sekitar seminggu waktu yang tersisa), Mother Malkin mengumpulkan kembali anak-anak buahnya yang merupakan makhluk-makhluk kegelapan. Nah, sebelumnya Master Gregory ini bersama dengan muridnya mencoba mencegah kembalinya Madame Malkin, sayangnya di tengah usahanya tersebut sang murid mati mengenaskan. Nggak putus asa, Gregory pun mencari murid berikutnya yang harus memiliki syarat sebagai anak ketujuh dari anak ketujuh, hingga dirinya bertemu dengan Thomas Ward (Ben Barnes). Berpacu dengan waktu, Thomas harus bisa belajar cepat segala hal mengenai Spook's thing dan mempersiapkan diri melawan Madame Malkin. Perjalanan mereka tentunya tidak mudah karena harus melawan beragam makhluk-makhluk kegelapan lainnya, belum lagi kehadiran Alice, anak dari salah satu Witch yang menjadi mata-mata di antara mereka.

Film dengan premis sederhana atau mainstream-nya cerita fantasi. Yaitu, mengenai tetua di bidang tertentu yang hendak mewarisi segala sesuatunya kepada sang terpilih. Penampilan Jeff Bridges sebagai aktor senior udah nggak diragukan lagi. Dengan suara beratnya dan perawakan yang cocok banget didandanin sebagai Master Gregory, berhasil menghidupkan karakter tersebut. Intinya sih, nggak ada yang salah dengan para pemain dan akting mereka. Sisipan humor di sela-sela keseriusan juga pas.



Tapi, ada hal yang kurang dalam film ini, dari segi teknis khususnya. Pertama, penggarapan script yang menurut gue nggak maksimal. Banyak hal yang nggak jelas di dalam film ini (berhubung gue belum baca novelnya, makanya gue bilang begini). Film ini kurang ramah bagi para non-reader. Ada apa di balik anak ketujuh dari anak ketujuh selain kuat? Nggak dijelasin. Bagaimana cara Master Gregory mengetahui keberadaan mereka? Nggak dijelasin. Dan aturan-aturan khusus dalam ritual mengalahkan makhluk gelap itu juga nggak dijelasin. Intinya adalah, gue agak sibuk bertanya-tanya sepanjang cerita karena beberapa bagian betul-betul berasa lompat dan gue kehilangan pegangan. Keprematuran isi ini mengingatkan gue sama film adaptasi novel lainnya seperti "Harry Potter 5: The Order of Phoenix" dan "Mortal Instruments: City of Bones (2013)"


Kekurangan kedua adalah sinematografi dan pengaturan adegan. Ada adegan yang terlalu tiba-tiba kejadiannya, atau kurang engagement ke penonton. Misalnya, adegan Tom Ward waktu jatuh and ngeliat kalung batu Umbranya tergeletak di bawah reruntuhan. Kenapa ngga disorot dulu si Tom, lalu kalungnya sebentar, lalu aksi Tom ngambil tuh kalung. Yang terjadi malah Tom jatuh, tiba-tiba nyorot kalung dan saat itu juga langsung ada tangan Ward lagi mengambil kalung itu. Kurang banget efek dramatisasinya, menjadikan adegan final battle-nya kurang greget. Padahal musuh-musuhnya udah super serem and menantang banget, modal yang cukup harusnya untuk menciptakan epic final battle. Tapi, yang terjadi menurut gue begitu aja. Datar. Ah, mungkin kurangnya pengaturan adegan juga yang bikin film ini jadi terkesan kecepetan. Durasinya kurang dari dua jam. Padahal kalo dijadikan dua setengah jam, bisa perfect.


Kemampuan akting karakternya memang nggak diragukan. Tapi, ada sesuatu yang kurang. Yaitu, chemistry. Nyaris gue ngga punya satu pun karakter yang bisa gue kasih simpati di sini. Kalo pun misalnya si tokoh utamanya mati, gue gak bakal sama sekali ngerasa sedih. Biasa aja. Misalnya loh yah. Sayangnya nggak kejadian. LOL.

Selanjutnya, dan ini yang paling disayangkan adalah penggunaan efek CG untuk penggambaran setting, masih cukup jelas edit-annya. Gue nggak bilang kalo ini seburuk "Garuda Superhero (2015)", masih seratus kali lebih bagus kok. Tapi, gue kan ngebandinginnya sama film spektakuler lain macam "LOTR" dan "The Hobbit", efeknya sangat jauh di bawah itu, padahal karakter yang terlibat dalam film ini jauh lebih sedikit daripada "LOTR" dan "The Hobbit". Oke mungkin film ini dari awal sempat bermasalah dalam penggarapannya dan itu juga yang bikin film ini jadi galau nentuin tanggal rilis.


Selebihnya sih film ini asyik buat dinikmati di kala santai. Nggak perlu banyak mikir, dan walaupun ini dark fantasy, kadar nakutinnya dikit kok. Cuma mendingan gak usah bawa anak-anak yak, abisnya gue juga jengah sih dengan banyaknya adegan ciuman yang sebetulnya nggak perlu-perlu amat. Atau interaksi antar dua tokoh cewe dan cowo yang sok sensual. Intinya, fanservice yang gagal. Karena sebagian kissing scene-nya nggak indah, malah bikin sakit mata. Daripada menyampaikan kesan cinta, malah kesan nafsu. LOL.

Most favorite quote:
Master Gregory: "Tergantung bagaimana cara kita menggunakannya, kutukan hidup bisa berubah menjadi karunia."

Score: 7,5/10

Posting Komentar

0 Komentar