Apa yang ada di pikiran kamu ketika saya menyebutkan nama Fedi Nuril? Raline Shah? Herjunot Ali? Donny Dirghantara? Film 5 Cm (2012)? Yap, tapi sesuai judulnya, saya tidak akan membahas film 5cm (2012), saya akan membahas tentang film Supernova: KPBJ!
Menunaikan janji suci—Raffi Ahmad dan Nagita Slavina—Dimas dan Reuben untuk berkarya bersama. Pesangan gay ini membuat sebuah cerita yang mempertemukan sebuah roman dengan sains, dengan tema Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Paralel dengan cerita yang mereka buat, muncul seorang eksekutif muda bernama Ferre yang merupakan ilustrasi dari sang Kesatria. Ferre jatuh cinta dengan Rana yang sebenarnya sudah menikah dengan seorang pria bernama Arwin, Rana sendiri merupakan ilustrasi dari sang Putri. Disusullah kemunculan seorang model yang merangkap pelacur bernama Diva, ia merupakan ilustrasi dari sang Bintang Jatuh. Dimas-Reuben, Ferre, Arwin, dan Rana kemudian disatukan oleh kemunculan sebuah cyber avatar bernama Supernova.
ANIMATION
Poin pertama yang akan saya bahas di film ini adalah sasaran yang empuk untuk dimaki-maki. Karena dalam novelnya sendiri, sebenarnya dibutuhkan banyak sekali dunia surealis. Tapi toh, ini justru malah senjata makan tuan bagi saya. Tak diragukan lagi bahwa animasi/efek/CGI di film ini sangatlah awesome untuk ukuran Film Indonesia, ketika selama ini kita harus dicekoki dengan ‘stiker naga’ yang terbang berseliweran. Bayangkan saja, ketika sebuah meja bertransformasi menjadi layar komputer untuk menampilkan sebuah adegan. Kemudian angan-angan yang dialami Reuben dan Dimas saat mereka terserang ‘badai serotonin’, lalu komputer dengan layar hologram, dan masih banyak lagi lainnya. Ini semakin terlihat seperti film yang sangat futuristik. Ini akan lebih hebat ketika animatornya berasal dari dalam negeri!
Poin pertama yang akan saya bahas di film ini adalah sasaran yang empuk untuk dimaki-maki. Karena dalam novelnya sendiri, sebenarnya dibutuhkan banyak sekali dunia surealis. Tapi toh, ini justru malah senjata makan tuan bagi saya. Tak diragukan lagi bahwa animasi/efek/CGI di film ini sangatlah awesome untuk ukuran Film Indonesia, ketika selama ini kita harus dicekoki dengan ‘stiker naga’ yang terbang berseliweran. Bayangkan saja, ketika sebuah meja bertransformasi menjadi layar komputer untuk menampilkan sebuah adegan. Kemudian angan-angan yang dialami Reuben dan Dimas saat mereka terserang ‘badai serotonin’, lalu komputer dengan layar hologram, dan masih banyak lagi lainnya. Ini semakin terlihat seperti film yang sangat futuristik. Ini akan lebih hebat ketika animatornya berasal dari dalam negeri!
CHARACTER
SCORING AND SOUNDTRACK
Rating: 8/10
Sebenarnya saya mau protes terhadap sutradara dan produsernya. Why? Ayolah, Herjunot Ali seharusnya menjadi sosok Reuben yang seharusnya konyol dan sok-sains. Herjunot Ali tidak pantas untuk bermain di adegan yang terlalu serius, saat dia serius, penonton justru tertawa. Dan itu terjadi saat dia mencoba untuk bunuh diri, saat di slow motion dan wajahnya memang pantas untuk ditertawakan. Tapi, tidak dipungkiri lagi bahwa Herjunot Ali juga pantas untuk bermain sebagai seorang pria yang cool. Dan untuk Paula Verhoeven, doi Bahasa Indonesia-nya yang kurang lancar atau bagaimana ya? Entahlah, seperti ada yang janggal, tapi she is so mysterious yang dalam hal ini memang pantas memainkan sosok Bintang Jatuh.
Hal yang mengecawakan di film ini adalah berkurangnya porsi adegan untuk Dimas-Reuben, padahal inilah yang membuat kelucuan di balik keseriusan yang diceritarakan di film ini. Percayalah, ini akan membuat penonton cepat stress karena kata-katanya yang berat sementara adegan konyolnya hampir gak ada.
STORY AND CINEMATOGRAPHY
Untuk kualitas sinematografi, semua sudah tahu kalau inilah yang paling menarik dari film-film produksinya Soraya Intercine. Kali ini, mereka juga sedikit bermain-main dengan nature, desain bangunan yang so classy, desain bangunan modern-minimalis dan pernik-pernik yang futuristik. Dan ini menambah satu lagi poin plus soal sinematografinya.
Untuk kualitas sinematografi, semua sudah tahu kalau inilah yang paling menarik dari film-film produksinya Soraya Intercine. Kali ini, mereka juga sedikit bermain-main dengan nature, desain bangunan yang so classy, desain bangunan modern-minimalis dan pernik-pernik yang futuristik. Dan ini menambah satu lagi poin plus soal sinematografinya.
Soal cerita ... by the way, saya sempat singgung nama Donny Dirghantara di film ini. Nah, apa hubungannya? Perlu kamu ketahui, bahwa film ini memiliki beberapa easter egg yang sangat mengejukan. Nama Donny Dirghantara duduk sebagai penulis skenario di film ini, doi berhasil menambahkan beberapa kata-kata yang tidak ada di novelnya, membuat beberapa adegan yang sengaja disusun sebagai flashback di akhir cerita. Dan ini membuat filmnya sangat segar karena sedikit dibedakan dari novelnya yang alurnya sebagian besar menggunakan alur maju, unsur drama sendiri memang tidak terlalu menye-menye dan lebay.
SCORING AND SOUNDTRACK
Sekali lagi, Soraya Intercine menggandeng Nidji untuk menjadi pengiring filmnya, and that’s magnificent! Selain itu terdapat beberapa scoring yang sebenarnya terlalu ... umm ... lebay tapi juga sangat membangun suasana. Jadi saya sarankan kamu untuk jangan memilih tempat duduk di bawah pengeras suara karena scoring-nya sangat menggetarkan jiwa untuk ukuran sebuah film drama.
Memorable Scene
Visualisasi dari cerita Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh. Mereka berhasil mem-visualisasikan-nya dengan sangat epic!
"Sudahkah kau benar-benar jatuh, wahai yang sedang
jatuh cinta? Masih kutunggu engkau di dasar jurangmu sendiri. Di titik engkau
akan berbalik dan benar-benar menjadi pencinta sejati."
NB: Di film ini, dari ceritanya saja bisa dilihat bahwa sebenarnya film ini—sedikit—memuat unsur dewasa.
0 Komentar
Halo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.
Terima kasih ^__^)//
MovGeeks Team