Waktu film ini tayang di bioskop, gue sempet heran dengan betapa banyaknya anak sekolah dari SMP hingga SMA yang ngantri tiket film ini. Kehebohan seperti ini jarang banget terjadi pada film horor. Ya, tentu aja kecuali "The Conjuring (2013)" yang kuat banget online marketing-nya hingga berhasil nge-hook rasa penasaran calon penonton. Tapi, film ini? Well, gue ngga tau apa gue aja yang kurang update, tapi rasanya online marketing film ini gak begitu sampai ke gue.
Selidik punya selidik, ada yang bilang film ini diangkat dari kisah nyata. Tapi, apa benar begitu? Karena, di akhir film ini malah terpampang jelas kalo film ini bukan berdasarkan kisah nyata, melainkan sebuah game horror berjudul sama. Lantas, apa itu artinya para penonton yang berjubel banyaknya pada salah paham? Who knows. Yang jelas akhirnya gue ada waktu buat nge-check langsung film ini, dan inilah dia review film Ouija (2014).
"Ouija (2014)" (yang ternyata dibaca wee-ja atau wee-gee) menceritakan tentang papan permainan yang dipercaya dapat menjadi perantara manusia yang hidup berkomunikasi dengan mereka yang telah mati alias arwah-arwah penasaran yang dinamakan Ouija Board. Nah, ceritanya ini bermula dari seorang cewek ABG bernama Debby yang menemukan papan Ouija di atas loteng rumah barunya. Dia memainkannya sendirian sambil direkam menggunakan webcam. Padahal dalam memainkan Ouija ada beberapa peraturan sakral yang harus dipenuhi agar yang memainkannya terhindar dari bahaya. Yaitu, jangan memainkannya di kuburan, jangan memainkannya sendirian, dan selalu mengucapkan selamat tinggal bila ingin menyudahinya. Nah, efek dari apa yang dilakukan Debbie tersebut ternyata membuatnya diserang oleh roh jahat hingga mati, dibuat seolah-olah dirinya gantung diri. Singkat cerita, teman sejak kecil Debbie, Laine, yang masih shock sama peristiwa tersebut menemukan papan Ouija Debbie. Didorong rasa penasaran atas misteri di balik kematian temannya itu, Laine mengajak teman-temannya yang juga mengenal Debbie untuk memainkan Ouija tersebut, berharap mereka mampu berkomunikasi dengan Debbie. Nyatanya? You know lah.
Premis film ini berpusat pada permainan panggil arwah yang berjalan tidak seperti yang diharapkan. Gue langsung inget sama film horor Indonesia "Jelangkung (2001)" dan "Tusuk Jelangkung (2003)". Di mana para tokohnya sebetulnya nggak tahu kalo permainan yang mereka lakukan bakal membawa mereka menuju kuburannya sendiri. Tentunya berbeda dengan dua film yang gue sebut barusan, yang lebih banyak mengkombinasikan horor dengan petualangan, "Ouija" sendiri memakai setting tempat yang berfokus pada rumah peninggalan Debbie.
Secara pemain, gue inget kalo semuanya adalah artis dan aktor yang cukup sering tampil di TV Series. Seperti pemeran Debbie (Shelley Hennig) yang adalah pemeran Malia Hale dalam TV Series "Teen Wolf", sedangkan Laine dimainkan oleh Olivia Cooke, pemeran Emma Decody dalam TV Series "Bates Motel". Sedangkan untuk pemeran Pete, adalah Douglas Smith yang kita kenal lewat aksinya sebagai Tyson di "Percy Jackson: Sea of Monsters (2013)". Both are great performers. Namun, sayang rasanya permainan mereka dalam film ini terasa banget kurang maksimal.
Nama seperti Michael Bay sebagai produser film ini juga tadinya sempat membuat gue mempunyai ekspektasi tinggi sama film horor yang satu ini, nyatanya gue lebih banyak menerima kekecewaan. Ada beberapa inkonsistensi dalam penggarapan script. Seperti adegan Debbie yang mengobrol dengan Laine di awal film. Debbie mengatakan tak mau ikut pergi bersama Laine karena sedang bermain Ouija. Lalu di scene selanjutnya, saat Laine menemukan papan Ouija di rumah Debbie, dia kaget nggak percaya kalo Debbie menyimpan papan Ouija. Mungkin, penulisnya lupa nge-review kali yah? Jadi nggak sadar deh ada yang aneh. Terus juga gue pikir hantunya bakal nyeremin. Nyatanya, sama sekali nggak. Film ini bisa gue bilang film horor yang mild khas anak muda, setara lah sama "The Hole (2009)". Sedikit lebih creepy (mungkin karena ada adegan matinya) dari cerita :"Goosebumps".
Film ini juga menyimpan misteri sebagai alat pengembangan cerita, hanya saja di sini misterinya kurang kuat dan terlalu mudah untuk ditebak. Cara mengalahkan roh jahatnya pun persis seperti yang udah gue duga sejak pertengahan film, saat si arwah jahat menunjukkan penampakannya. Twist yang diselipkan menjelang ending pun berasa datar, lame, cheesy, dan so-predictable. Nyaris nggak ada yang wah dalam film ini, selain temanya yang mungkin memang terkenal di kalangan remaja. Sama aja kayak main "demon or angel" waktu gue masih SD. Eh, wait, mungkin ada yang mau bikin filmnya soal itu? LOL.
Kadar horor dalam film ini sangat rendah. Gue berkali-kali facepalm saat adegan-yang-seharusnya-horor sedang berlangsung. Film ini lebih banyak memasukkan jump scare ketimbang horor yang memang horor. Jadinya, bukan serem, tapi ngagetin. Dan beberapa adegan ngagetinnya ada yang super maksa. Nah, kan facepalm lagi deh gue.
Kelebihan film ini akhirnya terletak pada jangkauan penontonnya. Karena film ini mild and nyaris datar, so cocok aja buat ditonton semua kalangan. Not creepy enough buat anak-anak, dan gak bakal juga bikin orang yang jantungnya rentan mendadak dapet serangan. Aman kok. Dan tanpa ada adegan yang mengarah ke ehem-ehem. Film ini bukan termasuk yang wajib kalian tonton, tapi nggak ada salahnya juga dinikmati selagi ada waktu luang.
NB: Gue suka sama Shelley Hennig, muka innocent-nya itu bikin blushing tiap ngeliat. Tapi, gue kecewa karena justru dia yang jadi Debbie. Akhirnya cuma nongol di awal dan akhir cerita aja. Sedih. Eh, terus-terus, katanya sih para pemainnya mengalami banyak kejadian supernatural setelah selesai filming ini. Yah, suatu penuturan yang nggak aneh, berhubung pemain film "Jelangkung" dan "Tusuk Jelangkung" juga pernah mengakui hal yang sama saat diwawancara.
Score: 6/10
0 Komentar
Halo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.
Terima kasih ^__^)//
MovGeeks Team