Bukan! Ini bukan film Tarot yang
Filipina itu, ini Film Indonesia yang agak kontroversial mengingat adanya
kemiripan karakter dengan Film Horor Thailand yang bertajuk Alone.
Hitmaker Studios dan Pak Jose Poernomo emang tidak perlu diragukan
lagi dengan ciri khas mereka untuk pembuatan film, berusaha memoderenkan
Indonesia, meluar-negerikan Indonesia, atau apalah itu, pun dalam film ini. Oh
ya, ada baiknya kita baca dulu ringkasan ceritanya.
Dibuka dengan adegan romantis di
taman bermain saat Tristan (Boy William) melamar Julie (Shandy Aulia) di salah
satu wahana permainan. Saat ingin pulang, Julie mengajak Tristan untuk pergi ke
tempat peramal yang meramal melalui media kartu tarot. Tak dinyana bahwa
ramalan Madam Herlina (Sara Wijayanto) menunjukkan beberapa persitiwa muram
yang menghalangi pernikahan mereka. Mulai dari kematian 2 orang teman Julie
saat SMA, dan teror-teror mengerikan yang mendera kehidupan Julie saat terpaksa
tinggal sendirian di rumah peninggalan orang tuanya.
Hitmaker Studios dan Pak Jose ternyata sudah berani untuk merobak
citra perfilman Indonesia, bahkan tak tanggung-tanggung besarnya bagaimana
mereka merombaknya. Terutama yang menjadi perhatian utama ialah Effect-nya atau CGI-nya yang mantep dan
terasa ‘ngena’ banget. Halus dan ramah di mata penonton, di antaranya berhasil
untuk membuat para penonton berteriak-teriak antara ketakutan dan rasa puas
karena bisa ditakuti. Walaupun ada beberapa spot
kecil yang membuat CGI-nya masih terlihat tempelan seperti yang kebanyakan
kita lihat di televisi rumahan. Soundtrack-nya
sendiri saya nilai masih terlalu berlebihan.
Pun dari sinematografi yang
menurut saya mulai menyamai kualitas PH ternama itu, serta lokasi atau setting yang emang saya nilai seperti ini: ‘niat
banget ya?’.
Dari ide cerita sih, Hitmaker
dan Pak Jose selalu menawarkan perubahan dari beberapa sisi seperti
eksekusi dan lain sebagainya, dan untuk para khalayak awam yang menilai bahwa TAROT menjiplak Alone, ada baiknya anda nonton film ini terlebih dahulu. Dan jika
anda pengamat film, anda akan menemukan beberapa fakta menarik seperti ini:
Sekali lagi, Shandy harus
terpaksa tinggal di rumah yang besar, sendirian, selama berhari-hari pula. Dan
kegiatan ini telah ia lakukan dan film sebelumnya yang berjudul Rumah Gurita. Walaupun begitu, masih ada
perubahan di bagian permasalahan yang dialami tokoh. Not so bad.
Adegan keluarnya darah dari dalam
perut Julie mengingatkan kita padsa film Alone,
but it’s okay, ini sebagai nilai
tambah bagi saya ketika Film Indonesia mulai kekurangan darah dan harus restock darah untuk membuat film mereka
lebih mengerikan and more bloody.
Riasan karakter dari hantunya
yang bernama Sofia yang tidak lain dan tidak bukan ialah kembaran Julie
mengingatkan kita pada seorang arwah pembantu yang tewas di tangan majikannya
bernama Makin di film Ladda
Land (2011), masih ingat wajahnya? Yap, rusak sebelah. Tapi toh, memang
Sofia sendiri dari lahir telah cacat muka, jadi logis juga, tidak terkesan
seperti pak sutradara sembarang comot ini-itu. Bahkan bisa aja pak sutradara
tidak tahu-menahu tentang film tersebut.
Saat Madam Herlina memerintahkan
Tristan untuk melihat sesuatu yang salah pada diri Julie mengingatkan kita pada
film horor Thailand lainnya yang berjudul Nang
Nak dan parodinya yang paling terkenal: Pee
Mak ... Phrakanong. Tapi toh, yang dipandang juga berbeda, adegan ini hanya
terlalu mengingatkan saja.
Dan jumpscare di kamar mirip di film pendek yang bertajuk Light’s Out yang bisa anda temukan di
situs kesayangan anda. Tunggu dulu! Jangan terburu-buru untuk mencaci-maki film
mereka, lihat positifnya. Hitmaker
Studios bersama sutradara telah mengemukakan hal baru yang mungkin tidak
terpikirkan para sineas lainnya, mereka mencoba membuat film yang rangkaian
ceritanya sendiri sudah lengkap saat di awal cerita, saat dimulainya pembacaan
tarot. Pun mereka mencoba trik yang sama dilakukan oleh John R. Leonetti, yakni
merangkai 2 cerita agar berjalan bersama, meski masih terkesan flashback-nya.
Jumpscare pun cukup membuat para penonton berteriak ketakutan,
tertawa puas dan lain-lainnya. Adegan berdarah pun mampu membuat para penonton
meringis, tapi satu-satunya yang saya puji adalah ide dari tim yang mencoba
menceritakan sebuah peristiwa lewat serangkaian ramalan tarot yang memiliki
kata kunci untuk menit-menit selanjutnya. Pun dari perkataan para tokoh yang mampu
membuat anda menciptakan twist, bukan
mereka, tapi kita yang akan menebak sekaligus terkejut dengan apa yang terjadi.
Yang saya tidak suka dari film
ini ialah penambahan porsi untuk black
comedy-nya, juga kurangnya pendekatan penonton terhadap anggota geng Julie.
Ini serius, mungkin di adegan tersebut maksud Shandy Aulia dan maksud pak
sutradara ingin menampilkan sesuatu seperti psikopat, tapi apadaya, ekspresinya
tidak menunjang. Yang terjadi justru sebaliknya, saya ketawa, teman saya
ketawa, satu bioskop ketawa. Sedang porsi untuk menceritakan geng Julie terlalu
sedikit, agaknya durasi bisa tambah panjang lagi untuk menunjang alur serta
kelogisan cerita.
Sedikit catatan untuk pak
sutradara, agaknya harus mulai mengganti pemeran agar penonton tidak cepat
bosan dan tidak mau terjadi hal seperti di atas. Setidaknya, pakailah aktris
yang wajahnya bisa berperan sebagai sosok kalem tapi bisa terrifying di beberapa adegan yang dibutuhkan,
Setidaknya film ini bagus untuk
anda tonton untuk mengisi waktu luang yang benar-benar luang dan santai, saat
anda tidak memiliki pekerjaan apapun.
Memorable Quote:
Peramalnya udah pindah mas,
katanya sih buka Tarot Online.
~pak satpam
Memorable Scene:
Saat mereka—Julie dan Tristan—dibanjiri
pecahan kaca, sangat memuaskan.
Score: 3/5
0 Komentar
Halo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.
Terima kasih ^__^)//
MovGeeks Team