Yuhuu, kali ini berhubung lagi suntuk, gue coba ngecek film yang udah rilis satu tahun lalu di Toronto International Film Festival (TIFF), tapi baru beberapa bulan lalu tayang di Indonesia. Sayangnya, gue nggak cukup tertarik buat ngecek film ini di bioskop, because of it's smell like a B-movie. Gue ngga merasa bakal worth it nonton B-movie di bioskop. Rugi fulus, Bro! Ups, oke, tapi sebetulnya pikiran kayak gue begini jangan diikutin ya (kalo kalian orang kaya). Hahahaha. Oke, let's get back to the topic. Kalo sebelumnya gue ngeliat Samuel L. Jackson ini gagah bin arogan, memimpin orang-orang super di AVENGERS: AGE OF ULTRON (2015), kali ini jabatannya makin kece, cuma skill berantemnya makin dodol. Yuk, simak review film BIG GAME (2014) ala gue berikut ini.
BIG GAME (2014), menceritakan tentang Presiden Amerika Serikat, William Alan Moore (Samuel L. Jackson) yang sedang melakukan perjalanan ke Helsinki, Finlandia menggunakan Air Force One ditemani agen-agen secret service kepercayaannya, salah satunya adalah Morris (Ray Stevenson). Di tengah perjalanan ternyata Air Force One ditarget sama seorang agen psikopat bernama Hazar (Mehmet Kurtulus). Hazar berusaha menjatuhkan Air Force One dengan menggunakan rudal. Untunglah William berhasil selamat dengan diterjunkan menggunakan pod sebelum pesawat terkena tembakan. William mendarat di tengah hutan dan ditemukan oleh seorang anak laki-laki bernama Oskari (Onni Tommila), yang pelafalannya mirip Otsukare (bahasa Jepang yang artinya "kerja bagus", entah apakah ini kesengajaan? Cocoklogi mulai!!!). Oskari ini orang asli Finlandia, yang mana sedang menjalankan sebuah tes kedewasaan (mirip lompat batu di Nias), yaitu pergi ke dalam hutan sendiri, bertahan hidup, dan membawa hewan hasil buruannya untuk ditunjukkan kepada orang-orang dewasa di sana. Well yeah, William (atau dalam hal ini dia diminta dipanggil Bill) akhirnya berpetualang dengan Oskari, yang pada saat itu tak menduga dirinya akan diburu oleh Hazar dan pasukannya. Petualangan untuk bertahan hidup pun dimulai. Gimana hasilnya? Silahkan cek filmnya.
Lemme tell you about goofs!
Secara keseluruhan film, gue nemu banyak banget kesalahan-kesalahan baik kesalahan faktual, kesalahan geografis, bahkan ketidakkonsistenan sineas dalam menyusun adegan demi adegan di dalam film ini. Yang paling obvious adalah adegan di dalam pesawat yang tenggelam di sungai.besar. Awal mula terlihat bahwa badan pesawat benar-benar tenggelam masuk ke dalam sungai, sedangkan yang menyembul keluar hanyalah bagian ekor pesawat. So, William and Oskari masuk ke dalam pesawat mencari perlindungan dengan cara menyelam. Oke, mereka sukses masuk ke dalam badan pesawat. Tapi anehnya, di bagian badan pesawat masih ada area yang cuma sekedar tergenang air. Lebih parah ketika Hazar melubangi bagian atas badan pesawat untuk masuk ke dalam pesawat, tidak ada air yang menyeruak masuk ke dalam, seolah pesawat sedang terapung di atas permukaan air. Satu lagi, ketika Hazar memegang sub-machine gun, dia kelihatan kesulitan menggunakannya. Yang mana ini super aneh karena Hazar diperkenalkan sebagai seorang agen berbahaya, masa iya menggunakan SMG aja nggak bisa?
Dan masih banyak lagi kekoplakan lain yang gue rasakan sepanjang film. Samuel L. Jackson pun gue rasa nggak cocok berperan sebagai presiden. Di sini dia terkesan kurang pintar, terlalu naif, dan super lemah. Yang lebih disayangkan, dia kurang karismatik. Padahal Samuel L. Jackson itu termasuk aktor yang gue rasa sering banget muncul di layar lebar walaupun bukan berperan sebagai pemeran utama, yang sayangnya selalu menampilkan akting yang begitu-begitu aja. Sorry to say, Samuel, untuk film ini, gue rasa masih lebih buruk ketimbang aksinya di film SNAKES ON A PLANE (2006). Ke mana karisma dirimu saat memerankan Nick Fury?
Damn, he looks exactly like a black version of Ony Syahrial |
Gue juga agak keganggu sama tokoh Oskari yang punya kebiasaan ngedengerin pelajaran dasar bahasa Inggris lewat walkman-nya, tapi mendadak pas ketemu Will, pembicaraan bahasa Inggris mereka bisa sangat lancar. Berasa kurang masuk akal. Padahal kalo misalnya dibuat suatu masalah kecil tambahan berupa sulitnya menjaga komunikasi antara kedua tokoh utama ini karena perbedaan bahasa (plus perbedaan umur juga), pasti bakal jauh lebih menarik dan komedik. Gue bilang begini karena sepanjang film gue ngerasa film ini pengen memasukkan unsur komedi sedikit ke sela-sela aksi, tapi terlalu struggling dan akhirnya garing.
Dari segi akting pun sama aja, untuk semua karakternya ya. Untuk Oskari sendiri gue nggak mau terlalu banyak protes karena jelas dia aktor cilik dari luar Amerika yang baru pertama kali main film, wajar kalau kaku. Nah, pemeran Hazar pun gue rasa cacat banget. Ketika di awal-awal kisah digambarkan betapa badass dan sadisnya orang ini, makin ke belakang rasanya jadi ngelawak. Ke-badass-nya langsung sirna cuma karena kesalahan kecil.
Intinya film ini punya berjuta kekurangan di mata gue. Walau begitu, bukan berarti film ini sama sekali gak bisa dinikmati. Bisa kok. Ini tetep termasuk ke dalam kategori B-movie yang lumayan fun buat ditonton bareng sama keluarga. Karena, pertama, film ini sama sekali ngga menyuguhkan adegan panas, ada anak kecilnya sebagai tokoh pahlawan utama, ngga ada adegan berdarah dan adegan kekerasan pun hanya alakadarnya aja. Namun apakah gue bakal inget sama film ini lima tahun ke depan? Nope. Ini film permen yang cuma asik ditonton sekali, abis itu silahkan dilupain aja. Kalo punya banyak waktu luang, mendingan nonton film-film yang jauh lebih worth it ketimbang ini.
Most memorable scene:
Adegan seru yang gue spot di sini, yang mungkin bakal paling lama gue inget adalah adegan penyelamatan sang Presiden ketika berada di dalem lemari pendingin yang digantung ke helikopter.
Score: 6,8/10
0 Komentar
Halo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.
Terima kasih ^__^)//
MovGeeks Team