header ads

Review Film INDEPENDENCE DAY: RESURGENCE (2016)

INDEPENDENCE DAY: RESURGENCE (2016) movie review by Glen Tripollo
Ketika tema science-fiction, young adult, dan bumbu alien lagi booming di industri perfilman, namun ide original mengenai hal ini lagi mengalami krisis, maka simpel aja, creator film tinggal flashback ke bertahun-tahun silam, mencari film alien yang booming di masa itu, dan poof! LET'S MAKE A SEQUEL! Penonton pasti penasaran dengan apa yang terjadi pada para manusia yang selamat ketika dua puluh tahun telah berlalu setelah invasi alien pertama. Lalu, bagaimana bila seandainya para alien itu kembali untuk membalas dendam? Siapkah manusia? Pasti penasaran 'kan? Seenggaknya mungkin itulah yang terbersit di dalam benak sang creator ketika membuat film ini, terlepas dari benar atau tidaknya penonton penasaran dengan hal tersebut. Terus gimana hasilnya? Apakah film ini berhasil? Yuk, simak review gue untuk film INDEPENDENCE DAY: RESURGENCE (2016) berikut ini.

Seperti yang tertulis pada tagline posternya. We had twenty years to prepare, so did they. Kita udah langsung tahu film ini bakal menceritakan tentang apa. INDEPENDENCE DAY: RESURGENCE (2016) mengambil setting waktu dua puluh tahun sejak invasi alien pertama di bumi, yaitu pada tahun 1996, ketika Will Smith masih terlihat amat sangat muda dan gagah dengan pakaian militernya. Sayangnya, kali ini Will Smith aka Captain Steven Hiller diceritakan sudah meninggal dunia. Posisinya di dalam militer kini digantikan oleh anaknya yang bernama Dylan Hiller (Jessie T. Usher). Diceritakan teknologi umat manusia sudah lebih maju, terlihat dengan adanya stasiun pertahanan di luar angkasa yang mana seorang pria nekad dan pemberani bernama Jake Morrison (Liam Hemsworth) bekerja di sana. Gue pribadi kayaknya perlu nonton ulang film INDEPENDENCE DAY (1996) kalau mau tahu keterhubungan langsung kisah di film ini dengan film sebelumnya karena jujur aja, gue udah lupa-lupa inget. Singkat kata, di saat manusia sedang dalam masa maju dan damai, tiba-tiba kapal alien yang dulu pernah datang menginvasi bumi, hanya saja dengan ukuran yang jauh lebih besar, datang kembali, menaungi langit di atas bumi dan membuat manusia sekali lagi berada dalam kepanikan. Peristiwa yang sebelumnya sudah diperingatkan oleh mantan presiden Whitmore (Bill Pullman) dan juga mengundang rasa curiga seorang ilmuwan gay bernama Dr. Brakish Okun (Brent Spiner) yang sebelumnya juga sempat mengambil andil dalam perjuangan melawan alien di masa silam. Invasi tersebut mau tidak mau mendorong pasukan barisan depan, termasuk Dylan Hiller, Jake Morrison, dan juga kekasihnya, Patricia Whitmore (Maika Monroe) yang juga merupakan anak sang mantan presiden Whitmore, untuk berhadapan langsung dengan para alien. Bagaimana nasib umat manusia setelah ini? Karena kehancuran yang ditimbulkan dari serangan kali ini jauh lebih dahsyat ketimbang sebelumnya. Kalo belum nonton, silahkan tonton sendiri filmnya ya!

Sebagian besar karakter lama berkumpul kembali
Mari gue bahas dulu apa yang membuat film ini setidaknya masih menarik untuk disimak. Bukan hal yang rumit, melainkan karena film ini masih disutradarai oleh sutradara yang sama dengan film perdananya, yaitu Roland Emmerich. Setidaknya dengan dikomandoi orang yang sama, walaupun tidak ada Will Smith yang menjadi icon film INDEPENDENCE DAY (1996), setidaknya taste dan feel film keduanya ini nggak jauh berbeda dengan versi perdananya. Nah, selain sutradara yang sama, ternyata film ini juga turut memboyong kembali karakter-karakter lama seperti Presiden Whitmore yang kini sudah menjadi mantan presiden yang hobi mabuk-mabukan dan memiliki seorang putri tangguh. Ada juga Dr. Brakish Okun yang super nyentrik. Ayah dan anak Juliius Levinson (Judd Hirsch) dan David Levinson (Jeff Goldblum) juga turut andil dalam film keduanya ini. Selain itu, istri Captain Steven Hiller, Jasmine Hiller (Vivica A. Fox) masih ikut menampakkan diri di film ini. Kalau kamu penggemar berat film perdananya, dengan kemunculan berbagai karakter lama ini, tentunya akan membawa rasa nostalgia yang akan menambah rasa semangat menyaksikan film sequel-nya ini.

Gambaran kehancuran dunia ketika alien kembali menginvasi bumi. Tapi sayangnya, special effect yang dipakai berasa
over, jadi keliatan banget boongannya.


Just enjoy the ride
Selain nilai plus yang gue sebutkan di atas, sebetulnya film ini nyaris nggak punya apa-apa lagi untuk dinilai secara positif. Karena sebagian besar hal lainnya berasa bener-bener berada dalam garis "biasa saja". Dari segi konflik, cerita ini hanyalah pengulangan dari film perdananya, yang mana dibumbui dengan aktor-aktor baru yang sedang ramai disukai anak-anak muda. Sedangkan dari segi aksinya sendiri, menurut gue malah berkurang bila dibandingkan dengan versi perdananya. Ketika di film perdananya kita bisa lihat aksi Will Smith yang bertarung face to face melawan alien sampai rasanya tegang banget, di sini hal itu nggak terjadi. Lebih terkesan seperti film perang melawan alien, beramai-ramai dan terlalu banyak mengandalkan teknologi. Unsur ketegangan di dalam film pun akhirnya berkurang, karena demi apapun, kenapa juga harus menyisipkan nuansa khas young adult romance layaknya DIVERGERGENT Series atau TWILIGHT Saga di tengah-tengah cerita. Kalian bisa lihat bagaimana Maika Monroe dan Liam Hemsworth galau-galaunya seolah-olah rip-off Ben Affleck dan Liv Tyler di ARMAGEDDON (1998). Selain penggambaran kehancuran yang gila-gilaan ketika adegan penyerangan terjadi, which is menurut gue cuma sebagai elemen dramatisir aja, karena toh bagi para tokoh utama yang berperang melawan alien, kesannya sama sekali ngga ada bahaya yang signifikan mereka hadapi. Rasanya gampang banget ngelawannya. Mungkin kalian bisa juga sedikit cuci mata karena ada Angelababy yang berperan sebagai Rain Lao di sini.

Menikmati film ini ngga butuh mikir sama sekali. Just enjoy the ride, let it flow, kalian dijamin bakal mengerti. Sama sekali ngga ada plot twist, alur yang disajikan maju terus dan begitu sederhana. Kabar baiknya, itu berarti film ini masih cocok untuk dijadikan tontonan keluarga di kala luang. Tapi, tetep ya anak-anak di bawah umur harus selalu didampingi karena elemen romance di dalamnya. Ada sedikit adegan kissing, dan adegan yang agak kurang nyaman dipandang, yaitu ketika Maika Monroe menodongkan pistol ke arah alien, entah kenapa payudaranya berguncang-guncang, entah disengaja atau tidak dirinya menggerak-gerakkan otot dadanya tersebut. Seriously, gue ngga nyaman liatnya.

Special effect yang terbilang nanggung atau kurang pas porsinya untuk dipakai di dalam film
Yap, satu lagi yang agak mengganggu adalah special effect yang gue rasa agak lebay, menjadikan beberapa adegan berasa terlalu komikal dan terlalu animasi. You know hasilnya, jadi kayak bohongan banget. Well yeah, seenggaknya special effect di beberapa bagian adegan bisa dikatakan bagus dan masih bisa dinikmati dengan baik. Jadi nggak bener-bener merusak keseluruhan perasaan kita ketika menikmati film.

Kesimpulan yang bisa diambil dari film ini adalah, ini bukan film yang masuk ke dalam daftar film wajib tonton. Nggak pernah mau nonton pun nggak bakalan rugi. Cerita yang disajikan benar-benar standar, sederhana, namun tetap menghibur. Walaupun film ini masuk ke dalam film dengan isi cerita yang benar-benar mudah dilupakan dalam lima tahun ke depan, menjadikan film ini sebagai popcorn movie. Hanya sekedar film numpang lewat, pengisi waktu luang, yang bisa kalian nikmati sama keluarga. Ngga perlu mengharapkan aksi keren berlebihan, akting aktor dan aktris standar Oscar (ini jauh banget), sekedar buat have fun aja dan kalian bakal nyaman nonton film ini tanpa perlu banyak menyampaikan keluhan.

By the way, ending film ini bisa dibilang lumayan membuka kesempatan untuk sequel selanjutnya. Shit not again! Setelah LONDON HAS FALLEN (2016) yang sebelumnya gue review juga bakal mendapatkan another sequel yang nggak perlu, sekarang yang ini pun sama. Gue ngga berharap apapun kecuali perkembangan isi cerita sehingga nggak mengandalkan format yang itu-itu aja dan bisa memberikan pengalaman baru bagi para penonton yang melihatnya. Seperti yang biasa gue bilang, "We will see..."

Score: 7/10

Posting Komentar

0 Komentar