Mungkin sebagian besar orang kenal Salma Hayek dari aksinya bersama Antonio Banderas, sebut saja "Desperado (1995)", "Once Upon a Time in Mexico (2003)", "Spy Kids 3-D: Game Over (2003), bahkan bersama-sama jadi pengisi suara di film animasi 3D "Puss in Boots (2011)". Walau sebetulnya aksi paling ikonik dari Salma Hayek itu justru pas beradu akting sama George Clooney dan Quentin Tarantino dalam film "From Dusk Till Dawn (1996)", tetep aja bagi gue sih Salma Hayek dan Antonio Banderas udah kayak pasangan Shahrukh Khan dan Kajol. Wahaha. Nah, setelah sekian lama Salma nggak nongol di film-film Hollywood, akhirnya doi muncul juga dalam film aksi berdarah-darah garapan sutradara Joe Lynch. Seperti apa filmnya? Yuk, simak review film Everly (2014) berikut ini.
"Everly (2014)" yang diperankan oleh Salma Hayek, adalah seorang pelacur yang tinggal di sebuah apartemen yang memang banyak ditinggali oleh para pekerja dunia hitam. Diam-diam Everly ternyata memiliki kontak dengan seorang polisi-detektif yang (sepertinya) berniat memporakporandakan organisasi yakuza yang dipimpin oleh Taiko. Taiko (Hiroyuki Watanabe) memiliki perasaan tak berbalas terhadap Everly, terlebih setelah Everly ketahuan kongkalingkong sama polisi, Taiko langsung mengerahkan anak buahnya untuk menyiksa Everly sampai mati di apartemennya. Dengan bantuan sebuah pistol yang disembunyikannya di tabung air toilet, Everly yang mengalami tekanan mental hingga nyaris melakukan bunuh diri, akhirnya bangkit dan membunuh semua orang suruhan Taiko. Tindakan Everly justru membuat Taiko makin gemas. Dia pun iseng mengadakan sayembara berhadiah bagi siapapun yang bisa membunuh Everly saat itu juga, mengerahkan pasukan pembunuh, dan juga seorang torture-master. Everly bertahan hidup di dalam apartemennya dengan sedikit bantuan dari anak buah Taiko yang sudah berada di ambang kematiannya hingga dipanggil Dead Man (Akie Kotabe) oleh Everly. Keadaan semakin runyam ketika Taiko mengancam akan membunuh ibu Everly dan menculik anak perempuan semata wayangnya untuk dijadikan prostitute seperti dirinya. Dengan geram dan apa yang gue sebut mother's power, Everly melakukan segala cara untuk bertahan hidup dan mengalahkan Taiko sebelum ancamannya benar-benar terjadi. Berhasilkah? Cari jawabannya dengan menonton sendiri filmnya. Hehe.
Low budget movie yang berpotensi namun eksekusinya kurang nendang
Gue inget film-film sejenis ini (baca: cerita aksi dengan seorang wanita tangguh sebagai tokoh sentralnya melawan musuh yang bejibun seorang diri saja) adalah "Kill Bill (2003)", "Salt (2010)", dan "Colombiana (2011)". Khusus untuk "Colombiana (2011)" gue ngerasa poster film "Everly (2014)" ini beneran rip-off dari poster film tersebut. Hanya posternya. Sedangkan untuk plot cerita, gue nemuin beberapa kejanggalan dan ketidakkonsistenan pada alur, karakterisasi, dan banyak sekali plot hole yang cukup mengganggu. Gue rasa kalo masalah di plot itu kan salah penulisnya, jadi ngga ada hubungannya sama budget yang tersedia saat pembuatan.
Misalnya aja, soal latar belakang Everly yang masih penuh tanda tanya. Di awal dibilang dia bekerja sama dengan polisi, gue langsung nangkepnya itu dia lagi menyamar sebagai prostitute merangkap informan kepada polisi partner-nya untuk menjatuhkan organisasi milik Taiko. Tapi di bagian lain, Everly mengaku menjadi prostitute karena diculik dan disekap oleh Taiko selama 4 tahun. Okelah, gue anggap pengakuan Everly yang kedua itu yang bener, tapi bagaimana atau kapan tepatnya Everly bisa berhubungan dengan seorang polisi kalau dia disekap dan tidak bisa berkomunikasi dengan dunia luar?
Bukannya salah fokus sih (padahal emang salah), tapi di umurnya yang segitu, Salma Hayek is such a hottie |
Everly juga terlihat sepertinya sudah tahu akan ada serangan ke apartemennya karena dia sudah mempersiapkan handgun dan sebuah ponsel yang dia masukkan ke dalam plastik dan disembunyikan ke dalam toilet. Dari mana ya kira-kira? Sementara itu, ketika ibu Everly datang marah-marah karena sudah 4 tahun Everly menghilang, Everly mengaku nggak bisa menghubungi mereka. Emang sebelum Everly ketahuan bersekongkol sama polisi, keadaan di apartemen Everly sama tidak amannya dengan pada saat cerita ini dimulai? Terlebih saat suasana sudah semakin menegang, Everly bisa dengan leluasa kontak-kontakan dengan ibunya, tahu nomor ponselnya, dan sebagainya.
Bisa dibilang, pertemuan dengan The Sadist ini satu-satunya adegan yang sukses ngasih elemen tegang. |
Yang tengkurep itu The Masochist, peliharaannya The Sadist. Walau cuma berperan dikit, lumayan lah dia bisa ... |
Tapi, di atas semua kebingungan itu, gue ngerasa Everly ini adalah tokoh yang tingkat kehokiannya jauh di atas rata-rata. Dengan keadaan dan karakternya yang terlihat lemah, tau-tau dia jago megang senjata berbagai tipe. Mulai dari pistol biasa sampe shotgun bisa dia handle dengan baik. Belum lagi pertarungan jarak dekat pakai pisau dan melawan seorang cewek gila yang gerakannya cepet pakai sepasang trisula. This doesn't make any sense. Ini yang gue bilang sebagai karakterisasi yang nggak konsisten, di satu sisi dia ketakutan dan histeris, di sisi lain bisa lakuin banyak hal dengan sangat kalem. Yang terparah adalah ekspresi Salma Hayek yang nggak banget dalam menggambarkan ketakutan, cenderung datar sehingga simpati pada tokoh utama ini kurang begitu terasa. Lebih bego lagi karena ngeliat musuh yang datang silih berganti, makin lama makin serem kemampuannya, tapi ya itu tadi, cuma serem keliatannya aja. Padahal ... dengan keberuntungan dan modal nekat, Everly selalu bisa selamat. Okay, it's getting boring right there~
Buat yang fobia sama adegan gore, please jangan diliat ya? Ah, sial! Kalian sudah liat. |
Bagian terburuk adalah ending-nya. Dan gue bisa ngerti kenapa sepanjang film teknik CGI effect dan darah-darahnya terasa banget bohongannya, ternyata budget-nya dikeluarkan lebih untuk membuat efek sempurna dari adegan bahu yang dibelah pakai katana (liat foto di atas). Kemudian ... kasih sedikit drama jelang ending credit, bangkitin dikit rasa anxiety penonton aaaand this is it... filmya beres.
Tapi tetep yah, jarang loh ada film yang cuma pakai satu setting terus bisa memanfaatkan setting tersebut dengan sangat baik. Film berdurasi 90 menit lebih dikit ini bener-bener disorot cuma di dalam apartemen Everly dan lorong kecil di depan menuju ke lift. Secara pemanfaatan setting, patut diacungin jempol. Sayangnya kurang perhitungan di bagian-bagian detailnya, seperti perut Everly yang ditembak sampe tembus, perutnya berlubang, tapi entah kenapa kaosnya nggak, cuma ada bercak darah lebay aja. Terus gaya sinematografinya cukup aneh, dan terkesan pengen mengeksploitasi keindahan tubuh Salma Hayek aja. Terlebih kamera yang dipakai juga masih standar sinetron. That's why obvious banget kalo ini B-movie.
Terus apakah film ini bisa dinikmati? Bisa. Sangat bisa, tapi bukan berarti wajib ditonton. Film ini ngga ditonton sama sekali seumur hidup pun nggak bakalan bikin arwah kalian jadi penasaran kok. Yang pasti, film ini mengangkat tema dewasa, kekerasan, adegan sadis, dan terlalu banyak memamerkan kemolekan tubuh yang mana bukan konsumsi anak-anak. Nudity sebenernya ada satu, di bagian awal, tapi cuma diliatin dari atas dan menyoroti punggung telanjang plus tatoan Salma Hayek aja. Jadi, jangan terlalu berharap. Atau kalau beneran berharap, tonton aja "Once Upon a Time in Mexico (2003)". Ah ya, gue tiba-tiba jadi keinget review gue untuk film Jepang "Gun Woman (2014)", karena di sana juga sama: B-movie, female-centric, tapi lebih banyak nudity-nya di sana.
NB: Film ini rilis pertama kali di sebuah festival film di akhir tahun 2014, lalu langsung dirilis di iTunes pada Januari 2015, dan menyusul tayangan di bioskopnya pada Februari 2015 secara terbatas saja. Gue jadi heran, kenapa Indonesia pakai mengimpor film yang jelas-jelas "kurang" begini? Same case with "Dragon Ball Evolution (2009)"
Score: 5/10
0 Komentar
Halo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.
Terima kasih ^__^)//
MovGeeks Team