Gue mau bahas film aksi yang sebenernya masih kurang jelas, ini niatnya dibuat sebagai sequel atau reboot. Karena untuk suatu sequel, rasanya amat sangat berbeda dari versi sebelum-sebelumnya, sedangkan mau dianggap reboot pun feel-nya nanggung, berhubung film sebelumnya belum terlalu lama dirilis, yakni 2008. Tapi, daripada pusing mikirin ini, mending gue bahas langsung aja dari segi kualitas film ini sendiri. Satu hal yang pasti, gue sempet nggak ngerasa worth it buat nonton film ini di bioskop. Seenggaknya setelah gue ngecek beberapa trailer-nya yang terlihat kurang greget. Tapi nih, pas akhirnya gue berkesempatan buat ngecek sendiri versi full-nya, ternyata gue jadi yakin akan satu hal. Apa yang akhirnya gue yakini? Untuk tahu jawabannya, simak aja dulu yuk, review film THE TRANSPORTER REFUELED (2015) ala gue berikut!
THE TRANSPORTER REFUELED (2015) masih berfokus pada karakter bernama Frank Martin (Ed Skrein) yang bekerja sebagai seorang kurir elit berpenampilan mainstream secret agent's style yang mengendarai mobil sedan bermerk Audi. Kali ini, Frank berurusan dengan wanita-wanita mantan pekerja seks komersial, Anna (Loan Chabanol), Gina (Gabriella Wright), Maria (Tatiana Pajkovic), dan Qiao (Wenxia Yu), yang memiliki dendam pribadi dengan mantan bos mucikari mereka, Arkady Karasov (Radivoje Bukvic). Frank dimintai mengantar paket kiriman yang ternyata berwujud dua orang cewek seksi yang berpenampilan sama. Semua cewek yang diangkut Frank ternyata sedang dalam misi melakukan pembalasan dendam mereka, dan somehow jadi awkward moment ketika mereka malah minta Frank (yang keahliannya udah cukup terkenal di kalangan dunia hitam) untuk membantu misi mereka. Frank yang awalnya menolak pun akhirnya jadi jinak setelah diancam kalau mereka akan membunuh ayah Frank (Ray Stevenson) yang telah mereka culik. Selanjutnya, perkembangan cerita pun layaknya kebanyakan film action lainnya.
The story was awful (no spoiler!)
Yep, ini hal yang paling bikin gue gemes sepanjang nonton film ini dari awal sampai akhir. Well, sebetulnya ngga berarti TRANSPORTER 1 - 3 punya cerita yang wow banget, seenggaknya gaya penyampaiannya dan juga misi-misi pada tiga film awalnya tersebut masih digarap dengan baik tanpa membuat Frank Martin-nya kehilangan jati diri. Di filmnya kali ini, cerita serasa terlalu standar dan setengah hati dibuatnya, soal pembalasan dendam sekelompok mantan PSK yang mendadak bisa jadi ahli banget dalam hal kejahatan terstruktur layaknya profesional. Udah gitu dengan kemampuan penggalian informasi layaknya seorang agen rahasia juga agak mengganggu. Tiba-tiba bisa punya rencana buat manfaatin Frank Martin bahkan sampai bisa nyulik bapaknya. Intinya, ada suatu hal yang miss untuk gue nikmatin di sini. Apalagi setelah ada plot twist bahwa bapaknya Frank ternyata (tonton sendiri aja ya biar tau), dan tetep aja dengan segampang itu Frank nyerah di hadapan cewek-cewek yang nyulik bapaknya itu. Satu lagi yang akhirnya kian lama menjadikan film ini semakin "biasa" adalah konflik utama yang selalu saja jadi besar karena si Frank Martin yang melanggar sendiri 3 (tiga) aturan dasar Transporter yang selalu dia sampaikan dengan gaya profesional (aturan dasarnya bisa dilihat di poster di bawah). Gue heran sama Luc Besson, sang creator Frank Martin dan konsep THE TRANSPORTER-nya. Karakter yang begitu menjanjikan, udah punya penggemar, eh, malah dirusak sendiri dengan menghasilkan cerita yang menurut gue nggak worth sama sekali buat diikutin. Sayang banget, padahal gue suka karya-karya Luc lainnya seperti TAKEN trilogy. Yah, walau sebetulnya film LUCY (2014) juga sempat jadi semacam film sampah buat gue. #eh. Yah seenggaknya, Luc harusnya lebih telaten lagi ngecek script.
Ed Skrein ngga punya karisma untuk menjadi seorang Frank Martin
Gue rasa banyak yang setuju sama pernyataan gue di atas. Frank Martin udah terlalu nempel image serta karismanya sama aktor bermuka serius, jutek, cool, manly, dan ngga humoris kayak Jason Statham. Ed Skrein di sini jadi keliatan kayak bulan-bulanan tokoh Frank Martin versi sebelumnya. Karismanya makin berkurang di setiap adegan yang melibatkan ayahnya. Entah kenapa, seorang mantan militer yang udah ngerjain banyak misi-misi berbahaya ini jadi terkesan lembek. Di bayangan gue Frank ini harusnya tipe yang peduli-peduli-cuek sama ortu sendiri. Karakteristik Frank Martin jadi rusak dan terkesan out-of-character setelah diperankan sama Ed Skrein. Rasanya jadi orang yang lain, jadi terlalu berbakti, yang mana kurang pas rasanya disandingkan sama tokoh-tokoh anti-hero seperti ini. Ya, akting dia juga kaku, mungkin karena terlalu berjuang keras agar mirip sama versi pendahulunya yang pada akhirnya malah jadi nggak natural dan gagal total.
3 aturan dasar TRANSPORTER yang herannya malah selalu dilanggar. |
Frank Martin versi Ed Skrein juga somehow jadi lebih bawel dan banyak nanya. Jadi makin jelas bentuk pelanggaran dirinya sendiri terhadap aturan-aturan dasar seorang Transporter. Maksud gue, Frank Martin versi Jason Statham pun tetap melakukan hal yang sama, hanya saja pelanggaran-pelanggaran tersebut masih terasa smooth, sehingga penonton ngga begitu 'ngeh' dan tetap menganggap Frank Martin sebagai orang yang profesional dalam kerjaannya. Intinya, masalah besar sesungguhnya berada pada kepenulisan script sih, tapi jadi lebih buruk karena Ed Skrein sama sekali nggak bisa akting. Film yang harusnya jadi film kualitas A yang bahkan sampai diproduksi dengan kamera IMAX ini pun jadi terkesan murahan, asal jadi, dan kualitas yang ngga jauh beda sama B-movie.
Fighting scenes yang ngga "nendang", dan beberapa goofs yang agak mengganggu
Kalo Frank Martin versi Statham punya gaya berantem yang elegan, gerakan nggak lebay tapi efek serangannya dahsyat, kali ini Ed Skrein keliatan terlalu geradakan. Nggak tau kenapa, berantemnya jadi ngga nyante, mungkin ini salah koreografer, bisa juga salah si aktor yang nggak bisa mengatur mimik saat adegan fighting. Intinya, fighting style Statham dulu merupakan salah satu daya tarik kenapa gue nonton THE TRANSPORTER 1-3, tapi untuk yang ini, gue harus acungin dua jempol ke bawah. Ah, gue belom nyebutin soal keanehan di salah satu scene, ketika Frank Martin naik jetski sampe ke darat, kemudian lompat dengan gaya lurus (kaki di depan) saat rem mendadak, dan mulus nembus kaca mobil di bagian kemudi. Adegan konyol menurut gue, karena CGI effect-nya murahan dan kentara sekali. Haha.
Satu lagi, soal goofs atau kesalahan teknis dalam penggambaran adegan. Ada adegan yang luar biasa (ngiklan mobil Audi-nya), yaitu muter-muter di satu jalan buat nabrakin diri ke pipa air biar pipanya copot dan airnya nyembur. Tapi, nggak ada penyok sama sekali dooong mobilnya. Terus, mobil yang dikendarai Frank Martin jelas menggunakan kemudi kiri, anehnya setiap saat Frank gerakin gigi/persneling, jelas banget kalo yang disorot itu adalah mobil dengan kemudi kanan. OH MY ********* GOAT! Gue sampe ngakak dibuatnya~ karena kesalahan ini begitu kontinu.
Satu lagi, soal goofs atau kesalahan teknis dalam penggambaran adegan. Ada adegan yang luar biasa (ngiklan mobil Audi-nya), yaitu muter-muter di satu jalan buat nabrakin diri ke pipa air biar pipanya copot dan airnya nyembur. Tapi, nggak ada penyok sama sekali dooong mobilnya. Terus, mobil yang dikendarai Frank Martin jelas menggunakan kemudi kiri, anehnya setiap saat Frank gerakin gigi/persneling, jelas banget kalo yang disorot itu adalah mobil dengan kemudi kanan. OH MY ********* GOAT! Gue sampe ngakak dibuatnya~ karena kesalahan ini begitu kontinu.
Ada semacam komedi lewat karakter ayah Frank yang justru rasanya garing bukan main
Gue ngga mau bahas ayah Frank terlalu mendalam karena takut jadi spoiler. Intinya, ada yang lucu dengan karakter si ayah yang rasanya sedikit berkebalikan dengan Frank Martin. Setahu gue juga THE TRANSPORTER bukanlah film aksi yang cukup pantas untuk diisi dengan adegan-adegan komedi nan komikal seperti yang terjadi di sini. Alhasil, secara keseluruhan film, gue ngerasa seperti haus, dikasih air, gue minum, tapi sama sekali ngga bikin rasa haus gue ilang. Intinya, not worth it, dan buang-buang waktu.
Ada beberapa hal yang sebaiknya dijadikan catatan juga bagi kalian yang baru mau nonton film ini bareng keluarga. Pertama, tema misi kali ini bisa dibilang masuk kategori dewasa, walaupun nggak ada adegan frontal. Film ini garing bukan main, jadi persiapkan mental untuk merasakan kekecewaan. Kecuali kalo kalian penggemar Ed Skrein sih, kadang nggak ada yang bisa menghentikan seruan "I love you" dari para fans, sesampah apapun filmnya. Terus, adegan fight jangan terlalu diharepin ya, di sini too much rule of cool yang dieksekusi dengan gagal. Yang paling penting, just remember: Ini film A-movie tapi berasa B-movie. Fix deh ini tim di balik layarnya bikin cerita setengah hati. Kalo gue jadi Jason Statham, gue bisa ngerti kenapa dia nggak mau diajak main THE TRANSPORTER lagi.
Terakhir, sorry banget review gue kali ini agak membanding-bandingkan aktor, karena jujur gue masih nggak jelas ini reboot atau sequel. Gue malah lebih prefer seandainya film ini merupakan spin-off dari THE TRANSPORTER versi Frank Martin, berhubung kayaknya kan Transporter bukan cuma Frank doang. Bikin aja karakter baru, namanya baru, diperankan Ed Skrein. Dengan demikian ekspektasi awal gue bisa jauh lebih ditekan dan nggak terlalu menuntut hasil yang ketinggian. Hal positif lainnya, universe Transporter kemungkinan jadi bisa diperluas lagi. :))
Score: 6,5/10
3 Komentar
Oh begitu toh alur ceritanya? Waktu itu saya sempet liat trailer-nya, dan memutuskan nonton film lain karena berasa kurang menarik sih menurut saya yang notabene bukan penggemar film sejati. hehehe
BalasHapusSalam kenal, mas. :)
Penjaja Kata
Hahaha, iya memang kurang menarik kok ini. :D
HapusThanks sudah mampir. :)
Nonton dan download film terbaru di Palapamovie.com dengan subtitle indonesia
BalasHapusHalo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.
Terima kasih ^__^)//
MovGeeks Team