header ads

Review Film CLOVER (2014)

CLOVER (2014) movie review by Glen Tripollo
Valentine's Day emang udah lewat, kebetulan gue juga belum sanggup nulis apa-apa ketika tanggalnya tiba. Tapi karena sebetulnya hari kasih sayang itu kapan saja, dan kebetulan juga masih di bulan Februari, so terima aja review gue kali ini yak. Sebuah film romance-comedy yang not-so-comedy dari Jepang yang dirilis dua tahun silam. Masih cukup fresh untuk dinikmati kok. Terus kayak gimana filmnya? Yuk, simak terus review film CLOVER (2014) berikut ini!

CLOVER (2014) menceritakan Saya Suzuki (Emi Takei) yang bekerja sebagai karyawan di sebuah hotel berbintang. Dia punya seorang teman semasa kecil, seorang laki-laki bernama Haruki Hino (Kento Nagayama), yang kini sudah tumbuh menjadi aktor terkenal dan disenangi oleh banyak gadis. Well, suatu ketika hotel tempatnya bekerja bakal mengadakan acara semacam jumpa fans dengan Haruki, dan Saya (bukan gue) ditugaskan untuk mengurus event tersebut oleh pimpinannya yang berwajah kaku nan serius bernama Susumu Tsuge (Tadayoshi Okura). Tsuge selalu jadi bahan pembicaraan di kalangan karyawan karena sifat strict-nya terhadap aturan perusahaan dan juga kesan cool yang dimilikinya, namun hanya Saya yang merasa tak tahan dengan sikap bosnya tersebut. Hingga suatu hari, tiba-tiba saja Tsuge mengajak Saya untuk berpacaran. Hubungan aneh yang dimulai tanpa ada perasaan apapun tersebut perlahan-lahan makin dalam saat Saya mengetahui seperti apa Tsuge di luar jam kerja. Namun, masalah pun datang ketika Tsuge diminta pemilik hotel untuk menjalankan proyek hotel cabang di luar negeri dan juga diminta untuk menikahi adik sang owner demi memperkokoh bisnisnya. Di lain sisi, Haruki yang bertemu kembali dengan Saya diam-diam memiliki harapan untuk mewujudkan cita-cita yang ia sebutkan di masa kecil, yaitu untuk menikahi Saya. Kisah romance yang berpusat pada empat orang, layaknya clover berdaun empat. Tsuge yang strict pada aturan dan begitu mencintai pekerjaannya hingga rasnya akan melakukan apa saja demi karirnya, serta Saya yang bertemu kembali dengan teman masa kecil yang pernah ia cintai, akankah kisah mereka berakhir dengan bahagia? Untuk mendapatkan jawabannya silahkan tonton sendiri filmnya ya~


Aktris dan aktor yang biasa-biasa saja.
Ini jadi film berikutnya setelah trilogi RUROUNI KENSHIN di mana gue bisa ngeliat Emi Takei bermain peran. Not to bad lah yah, gue ngeliat akting Emi di sini cukup natural jadi cewek yang agak peragu dan terlalu banyak mikir. Not so clumsy, tapi perannya sebagai Saya Suzuki juga berhasil mengundang tawa di beberapa adegan. Salah satu adegan yang cukup memorable adalah adegan stalking di pinggir laut, yang mana ujungnya dia terpeleset dan tenggelem. Penampilan Emi setingkat lebih cantik dibanding di RUROUNI KENSHIN, yang mana gue sebetulnya nggak merasa dia cocok berperan sebagai Kaoru Kamiya. Tapi ya gitu, walau gue bilang cukup baik, tapi sebetulnya semua masih standar-standar aja, nggak ada sesuatu yang wah (aktingnya) disajikan oleh Emi Takei di sini. Nah, kalo soal pemeran Tsuge (Tadayoshi Okura), entah kenapa gue agak kesel liat tokoh yang satu ini. Memerankan karakter dingin nan cuek sama cewek-cewek mungkin udah banyak dilakukan sama aktor-aktor Jepang, sayangnya Tadayoshi punya model muka kaku yang menurut gue (maaf) seperti lagi nahan hasrat kepingin boker. Ini tentunya bikin kurang nyaman nonton, karena kokoro ini berasa seperti tercabik melihat Emi Takei yang cute harus beradu peran sama orang yang modelnya begini. Yang jadi masalah adalah tokoh Tsuge yang seharusnya menjadi pujaan para karyawati di hotel, namun rasanya sama sekali nggak punya karisma yang pas untuk menjadikannya seorang yang populer. Same thing goes to secondary characters.

Isi cerita yang biasa saja layaknya FTV
Biasanya yang menjadi kekuatan cerita romantis film Jepang adalah konflik utama yang kreatif dan cara penyajiannya. Namun, yang gue saksikan di sini bener-bener biasa banget. Nggak ada satu pun unsur di dalem film yang bikin gue ngerasa puas udah meluangkan waktu buat nonton film yang satu ini. FYI, CLOVER (2014) adalah sebuah film live-action yang diangkat dari shoujo manga berjudul CLOVER karya Toriko Chiya yang pernah diterbitkan oleh Shueisha pada tahun 1997, cukup jadul dan memang dari segi isi cerita biasa-biasa aja layaknya sinetron atau FTV, or maybe sebetulnya bagus (karena penjualannya manis) hanya saja interpretasinya ke dalam film malah mengacaukan segalanya. Ditambah manga sepanjang 24 volume ini harus di-press sedemikian rupa agar bisa cukup dan terkelola dengan baik dalam 2 jam penayangan saja, membuat versi film terkesan memiliki pace yang terlalu cepat. Efeknya adalah pematangan karakter menjadi kurang, chemistry antara Saya dan Tsuge juga tidak mengalir dengan baik (atau terkesan dipaksakan), yang akhirnya menjadikan film ini mudah banget ditebak tidak peduli seberapa usahanya para pembuat cerita ngejelimetin konflik menjelang ending.

Sekarang gue tau apa yang bikin Emi Takei keliatan cute (ga penting ^_^)

Walaupun demikian, bukan berarti film ini sama sekali ngga bisa dinikmati, terlebih ada beberapa pesan positif soal percintaan, khususnya soal kesetiaan dan menjaga kepercayaan pasangan. Bagaimana kita ketika menjalani sebuah hubungan yang memang hendak dibawa serius sebaiknya saling terbuka satu sama lain sehingga tidak menimbulkan kecurigaan apa pun, selain itu juga harus bisa selalu menghargai perasaan wanita. Karena, well, jujur aja, gue nggak merasa di sepanjang film ini karakter Tsuge menjadi karakter seorang cowok yang pantas buat diperjuangkan. Terlalu egois, terlalu lamban, dan yah bikin si cute Emi Takei galau banget.

Selebihnya, film ini cocok dinikmati oleh kalangan 16 tahun ke atas, karena isi ceritanya aman, walau ada sedikit reference ke adegan seks pra-nikah, hal yang lumrah di Jepang sana, but nothing explicit. Not a family drama thou, jadi ngga usah bawa-bawa anak kecil buat nonton ini. Salah-salah jadi kayak korban sinetron nanti.

Most favorite scene:
Udah gue singgung sih sebelumnya, adegan Emi Takei nyemplung ke dalam air saat nge-stalking Tsuge yang lagi digodain cewek seksi di dalem perahu bebek. Really made my day, walaupun adegan setelah itu berasa banget editannya dan efek komikal yang berlebihan. LOL.

Gue nggak bilang kalo film ini wajib kalian tonton, gue cuma mau bilang considering aja waktu terbaik buat nontonnya. Kalo punya banyak waktu luang, silahkan, kalo nggak, mendingan coba cari pilihan film lain yang lebih worth buat dinikmati.

Score: 6/10

Posting Komentar

0 Komentar