Akhirnya, kesampaian juga ngecek film yang udah gue tunggu-tunggu sejak tahun lalu langsung di bioskop. Walau gue nggak cukup beruntung dapetin pengalaman kualitas suara Dolby Atmos (studionya masih dikuasain X-MEN: APOCALYPSE (2016)), it's okay! Yang penting gue bisa ngecek film ini, dan kebetulan juga tadi di studio lumayan sepi yang nonton. Mungkin karena gue masuk di jam penayangan paling awal, yaitu jam 12:00 WIB, sedangkan para pengantre promo *-Cash panjang banget kayak uler. Terus gimana nih pendapat gue tentang film ini? Yuk baca review film WARCRAFT: THE BEGINNING (2016) ala gue berikut ini.
WARCRAFT: THE BEGINNING (2016), kalo belom tahu, diangkat dari sebuah game MMORPG produksi Blizzard berjudul World of Warcraft. Walau World of Warcraft merupakan game yang sukses, kebanyakan gamer lebih mengenal dunia ini lewat game DOTA. So, bisa dibilang masih cukup banyak yang nggak ngeh dengan lore (kisah utama) dari World of Warcraft-nya sendiri. Termasuk gue sih. Gue juga samar-samar sama kisah utama di game-nya. Well, that's not really a problem, coz, yang bisa gue katakan adalah, kalian bakal lebih bisa menikmati film ini justru kalo kalian bukan penghapal isi cerita Warcraft sampai mendetail ke akar-akarnya, karena gue pastiin di sini banyak hal yang berbeda. Jadi, kalo kalian nonton ini sambil mengharapkan kisah versi game diadaptasi sepenuhnya ke dalam film, coba hilangkan harapan tersebut, walau sebetulnya agak menjanjikan karena story writer untuk film ini juga merupakan penulis cerita versi game-nya. Mungkin para gamer bisa lebih ngebedah perbedaan cerita di pada masing-masing format? Berhubung gue bukan gamer sejati, so, gue bakal meniilai film ini dengan lebih objektif.
Kisah utamanya berada pada sudut pandang bangsa Orc yang bernama Horde. Dipimpin oleh seorang Orc penyihir bernama Gul'dan (Daniel Wu), berkemampuan sihir terlarang yang disebut Fel. Sihir yang membutuhkan kehidupan sebagai bahan bakar kekuatannya. Digambarkan bangsa Orc sudah kehilangan tempat tinggal di dunianya sendiri, sehingga dengan sihir Fel, Gul'dan membuka portal menuju Azeroth yang damai, berusaha menghabisi makhluk-makhluk yang hidup di sana dan menjadikannya tempat tinggal mereka. Berbagai lokasi mereka serang hingga akhirnya berita tersebut sampai kepada seorang ksatria Azeroth bernama Anduin Lothar (Travis Fimmel, lewat seorang mantan murid calon Guardian, Khadgar (Ben Schnetzer). Lothar menghadap King Llane Wrynn (Dominic Cooper) agar penghuni Azeroth bersiaga menghadapi kemungkinan serangan dari makhluk yang tidak diketahui tersebut. King Llane mengutus Lothar untuk memberi tahu hal tersebut pada Guardian bernama Medivh (Ben Foster), dan menyelidiki area bekas serangan makhluk tersebut. Dari sana, mereka berhasil menangkap Garona (Paula Patton), makhluk setengah-Orc yang sebelumnya oleh bangsa Orc sendiri dianggap sebagai kutukan.
Di saat yang sama, salah satu Orc yang merupakan kepala suku kecil Frostwolf, Durotan (Toby Kebbell) merasakan kejanggalan dengan apa yang dilakukan Gul'dan. Dia berusaha mengajak sahabatnya, Orgrim Doomhammer membantunya melawan Gul'dan. Durotan yang menyaksikan sendiri kemampuan para manusia Azeroth berpikir bahwa mungkin saja mereka dapat membantunya mengalahkan Gul'dan dan memperbaiki tatanan kehidupan para Orc yang dirasakan telah berubah. Kisah pun berkembang dengan kelompok Horde yang terpecah dan saling bertarung, dengan pihak Azeroth yang berada di tengah-tengahnya berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin penghuni Azeroth yang ditangkap Horde. Gimana kelanjutan kisahnya? Kalian bisa tonton sendiri biar greget!
Let's start with the CGI Effect
Berhubung film ini bisa dikatakan 90% menggunakan CGI, sebut aja untuk penciptaan setting, special effect, dan ratusan pasukan Orc Horde, menjadikan hal tersebut salah satu hal vital yang mesti dibahas. Gue sempet ngobrak-ngabrik IMDb untuk tahu siapa-siapa aja orang di balik special effect ini, dan ternyata nama-nama yang cukup mencengangkan. Sebagian besar ikut menggarap special effect untuk film THE HOBBIT Trilogy, X-MEN, dan juga AVENGERS, yang mana setidaknya udah cukup mumpuni untuk menggarap film kolosal macam WARCRAFT ini. Namun, ternyata hasilnya agak sedikit di bawah ekspektasi. CGI terlihat agak kaku di awal film, ketika para Orc Horde sedang disorot, rasanya bagaikan lagi nonton film animasi 3D yang agak kaku, namun semakin ke tengah dan menjelang akhir, CGI effect (khusus gerakan para Orc) mengalami peningkatan kualitas. Overall, not bad, tapi juga nggak spektakuler. Bahkan trilogi LORD OF THE RINGS masih mampu menyajikan kualitas CGI yang lebih baik beberapa tahun silam. Untuk efek magic, gue cuma bisa bilang kalo kualitasnya setara dengan apa-apa yang diperlihatkan di HARRY POTTER series. Bukan hal yang bisa dibilang buruk sih, berhubung gue juga ngga terlalu terganggu dengan sempilan-sempilan efek magic ini. Nah, yang bikin mengecewakan sebetulnya justru di bagian setting. Bagian yang paling penting dalam menghidupkan dunia Azeroth, yang sebetulnya nggak butuh gambar bergerak secara kompleks, cuma sebagai background dan pemantap situasi, sayangnya masih kentara banget batas antara para aktor dan aktris dengan setting-nya. Editannya agak kasar dan kurang menyatu secara sempurna. Sehingga di beberapa adegan kelihatan banget bohongannya dan gue bisa secara pasti nebak di mana batas studio dengan green screen yang dibentangin di dinding. Adegan yang menurut gue butuh perhatian ekstra dalam pembuatan setting adalah pada saat Lothar menemui Medivh pertama kali. Kentara, tapi kalo kalian termasuk penikmati film yang nggak begitu ngeliat segala sesuatu terlalu mendetail, kekurangan ini ngga akan begitu berpengaruh kok sama keseluruhan film.
Now, let's talk about the characters
Kalo kalian sering or banyak nonton TV Series US, pasti wajah-wajah pemain dalam film ini banyak yang nggak asing. Misalnya aja pemeran Lothar, Travis Fimmel yang terkenal sama perannya di TV Series VIKINGS (2013 - now) sebagai raja di Kattegat, Ragnar Lothbrok. Gue nggak tau gimana kepribadian karakter Lothar di game-nya, tapi di film ini, gue ngeliat Lothar yang plek-plekan sama karakter Ragnar di TV Series tersebut. Seolah Lothar dan Ragnar adalah dua karakter yang sama hanya beda kostumnya aja. Ini bukan suatu hal yang buruk kok, terlebih kalo kalian nggak pernah ngikutin film VIKINGS, tapi bagi yang pernah, kalian bakal menilai akting Travis Fimmel di sini bagus, tapi nggak ada sesuatu yang baru yang ditampilkan, alias doi belum bisa lepas dari karakter Ragnar Lothbrok-nya. Selain itu, ada juga Dominic Cooper yang berperan sebagai King Llane Wrynn bersama dengan Ruth Negga yang berperan sebagai istrinya, yang mana berkat film ini mungkin akhirnya mereka beradu akting bersama lagi dalam TV Series PREACHER (2016). Ada juga asisten prajurit Lothar bernama Karos, yang pernah muncul di TV Series ARROW (2012 - now) sebagai Conklin. Belum lagi Daniel Wu sang Gul'dan yang bermain dalam INTO THE BADLANDS (2016), dan Clancy Brown yang sering banget jadi tokoh antagonis di berbagai TV Series. Gue ngga tau apa alasan pasti studio menggunakan cast sekelas TV Series. Memang yang terpilih yang mampu berakting dengan kualitas di atas rata-rata, tapi salah satu alasannya mungkin saja karena keterbatasan biaya produksi. Studio berusaha menekan biaya untuk membayar aktor dan mengalokasikannya untuk special effect. Keputusan yang cukup riskan sebetulnya, tapi toh lumayan berhasil. Ada beberapa adegan yang terkesan awkward dengan gaya akting mereka, terutama para Orc yang interaksinya agak kaku, entah karena cara mereka berbicara atau didorong karena CGI Effect yang kurang halus barusan. Tapi, masing-masing aktor lumayan berhasil kok menampilkan karakternya sesuai dengan porsinya. Karena segala keanehan banyaknya muncul di awal film, mari sedikit maklumi, karena mungkin para aktor masih membiasakan diri berakting ekstra untuk film berstandar layar lebar.
Untuk penggambaran bangsa Orc sendiri, WARCRAFT: THE BEGINNING (2016) punya ciri khas tersendiri, yaitu alih-alih sosok menyeramkan yang kejam dan menyebalkan, di sini Orc lebih terlihat "ganteng" dan punya tradisi yang kuat. Mereka menghargai pertarungan adil dan berjiwa ksatria. Mereka juga dikatakan tidak pernah mengatakan kebohongan. Sekilas aja, gue langsung suka sama karakter Dorotan di sini. Bener-bener tokoh pemimpin yang peka dengan keadaan dan memikirkan nasib kelompoknya, di luar rasa ingin melindungi istri dan anaknya. Selain itu, di dalam film juga ada sedikit penampakan beberapa creatures lainnya di Azeroth, seperti ras Blood Elf yang hadir ketika rapat (penggambaran mereka bener-bener mirip sama game-nya), dan juga kaum Dwarf yang ahli membuat proyektil. Sedangkan creatures lainnya masih banyak yang belum nampak. Gue berharap kalo film ini berlanjut, ras-ras lain akan mulai muncul dan membentuk aliansi baik dan jahat (Alliance dan Horde) untuk saling berperang seperti yang memang tergambar di game-nya.
Lantas, bagaimana dengan plot cerita yang disajikan?
Secara keseluruhan, konflik di dalam film ini sangat sederhana. Polanya mudah ditebak, dan tidak begitu mengandung plot twist. Jauh banget deh sama kematangan konflik dan pernak-pernik penghiasnya yang disajikan film-film high fantasy lainnya seperti LOTR atau TV Series GAME OF THRONES (2011 - now). Ada satu major plot twist yang sebetulnya dapat ngasih efek ngagetin kalo aja nggak ada plot hole yang mengelilinginya. Beberapa plot hole memang agak mengganggu, tapi aliran cerita masih dapat dinikmati dengan baik. Mari berharap ada sedikit pencerahan untuk plot holes tersebut di sequel-nya (kalau memang akan dibuat sequel-nya). By the way, cerita sederhana begini sebenernya asalkan dikemas dengan bagus bakal jadi kekuatan tersendiri bagi film ini, karena artinya bakal lebih mudah dicerna sama penonton dari berbagai golongan usia dan asyik dinikmati di saat kepala lagi mumet sekalipun. Yep, di Indonesia film ini dilabelin 13+ yang mana beberapa adegan "agak dewasa" seperti kissing scene, dipotong dengan cukup halus (tapi keliatan kalo itu dipotong!).
Sebagaimana judulnya juga, WARCRAFT: THE BEGINNING (2016) mengindikasikan bahwa semua konflik yang dibahas di sini adalah awal mula dari event yang lebih besar lagi ke depannya, so pasti ending-nya agak menggantung dengan membawa perasaan campur aduk karena penasaran dengan kelanjutannya. Jadi, jangan ngomel-ngomel abis nonton ya, soalnya menurut gue sih pasti dilanjutin ini. Dan kalo penghasilan mereka bagus lewat film ini, bukan mustahil Blizzard akan meningkatkan lagi kualitas sinematografi dan visual effect-nya dengan memboyong master-master CGI yang lebih mumpuni. Let's hope for the best.
Untuk sebuah film hasil adaptasi game, film ini cukup layak diapresiasi karena sungguh terlihat niat para penggarap film menyajikan karya terbaik walaupun mungkin untuk ukuran budget, film ini nggak sekaya film-film garapan Peter Jackson. Yah, siapa tau beliau mau bantu-bantu Duncan Jones (sang sutradara, yang sebelumnya dikenal dengan film SOURCE CODE (2011)). Ngarep.
My favorite scene:
Adegan pertarungan antara Durotan dengan Gul'dan. Ini bikin nahan napas karena akhir dari pertarungan yang cukup mencengangkan. I didn't expect that scene was coming.
Score: 7,9/10
2 Komentar
keren sih... tapi sayang gue belom nonton. T.T
BalasHapusane nunggu yang hd aja lah. hahah
BalasHapusHalo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.
Terima kasih ^__^)//
MovGeeks Team