Review Film TEACHER'S DIARY (2014)

"Teacher's Diary (2014)" movie review by Glen Tripollo
Kalo begini terus, lama-lama gue bisa berubah jadi penggemar romance. Lagi-lagi gue mesti muntah pelangi gegara sebuah film yang gue bilang so original, so romantic, so realistic, and so awesomely made. Lahirnya di Thailand, berbekal kenekatan pada awalnya, ditambah bisik-bisik beberapa manusia di dunia maya, gue beraniin diri juga buat nonton film ini. Sumpah, mau nonton romance aja deg-degannya setengah mati, padahal nonton film horor aja gak pernah setegang itu.

Nah, Guys! Sebelum masuk ke film yang bakal gue bahas ini, gue pengen negasin dulu beberapa poin penting dalam romance umum versi Hollywood. Kissing? Yes. Sex scene? Yes! Both explicit and implisit! tampaknya perbedaan budaya dan batasan moral yang wajar antara orang Amerika dan Asia itu beda jauh, walaupun udah jadi rahasia umum kalo negeri Sakura dan negeri Gajah ini cukup kuat industri adult entertainment-nya. Tapi, toh kedua negara ini masih punya batasan-batasan jelas antara masing-masing jenis hiburan. Mungkin ini yang menjadi salah satu daya tarik film Asia, nggak perlu vulgar untuk menyampaikan sebuah kisah yang romantis. Film yang dibuat untuk menghibur tentunya menggunakan formula yang berbeda daripada film yang dibuat untuk merangsang. Nggak kayak Amrik yang sebagian besar filmnya malah berkesan pornografi terselubung. So, gue tegasin lagi kalo film ini bener-bener bersih. Jangankan sex scene, adegan kissing aja nggak ada! Mungkin karena keterlibatan anak-anak juga di dalam film ini, akhirnya film ini menjadi sebuah romansa dua orang guru yang disajikan manis hingga cocok jadi hiburan keluarga.

TEACHER'S DIARY (2014) atau dalam bahasa Thailand-nya berjudul KHID THUENG WITHAYA ini punya inti kisah yang unik. Oke, gue sendiri agak bingung gimana jelasin alur yang dipakai sama film ini. Yang jelas film ini memakai sistem adegan masa kini dan flashback yang disorot beriringan berganti-gantian dan saling berhubungan satu sama lainnya, hingga akhirnya konklusi terjadi di masa kini.

Tokoh utamanya adalah seorang cowok mantan atlet gulat bernama Song (dalam bahasa Indonesia artinya DUA) yang lagi mau puter haluan karir menjadi seorang guru SD. Karena pada saat itu lowongan guru lagi ngga ada, dan si cowok maksa banget pengen ngajar, akhirnya dikirimlah dia ke cabang sekolah SD di tempat terpencil dengan bangunan serupa perahu, terapung-apung di sungai. Sekolah khusus untuk anak-anak miskin yang hidup di sana dengan rata-rata mata pencaharian orang tua sebagai nelayan.

Di saat yang bersamaan dengan itu, terjadi flashback 3 tahun lalu yang menampilkan tokoh cewek bernama Ann, yang menjadi guru SD namun sama kepala sekolah diprotes dan dianggap nggak membawa contoh yang baik bagi murid-muridnya karena hal sepele, yaitu tato kecil gambar bintang di sekitar tangannya. Karena cewek ini juga agak-agak keras kepala, dikirimlah dia ke cabang sekolah SD di tempat terpencil tersebut. Jadi, pada dasarnya Song ke tempat tersebut menggantikan Ann yang sudah berhenti mengajar di sana.

Di masa kini, Song yang sama sekali gak punya pengalaman ngajar mesti berjuang keras menemukan style-nya dalam mengajar dan menarik minat belajar murid-muridnya yang cuma berjumlah empat orang. Murid-murid ini adalah mantan murid Ann yang dulu memang masih kecil-kecil. Di masa Ann, dia mengajar tujuh murid hingga berhasil meluluskan tiga murid. Nah, tanpa sengaja, Song nemuin sebuah buku harian yang ditulis oleh Ann tiga tahun lalu. Isinya segala pengalaman Ann selama mengajar di sekolah tersebut, baik dalam hal pendidikannya, isi hatinya, hingga ke curhatan masalah-masalah percintaannya yang complicated.

Dari tulisan-tulisan Ann itu, Song mempelajari segala hal tentang kepribadian Ann, hingga akhirnya dia ngerasa jatuh cinta sama Ann. Di dalam buku harian juga tercantum beberapa masalah Ann soal pengajaran yang belum berhasil dia pecahin hingga akhirnya Song berusaha untuk menyelesaikan sisa-sisa masalah tersebut. Sekali lagi, semangat ngajar Song timbul karena tulisan-tulisan Ann, ditambah anak-anak murid yang lama-lama makin dekat dengan dirinya dan berasa banget kekeluargaannya. Cerita lalu berkembang dengan rapi hingga konflik perasaan antar dua tokoh yang sama sekali gak pernah ketemu ini makin bikin greget buat digali.

Kisah ini tentu saja bisa dinikmati dari berbagai macam sudut pandang, nggak mesti kita merhatiin fokus sama kisah romance-nya. Ada banyak hal yang bisa digali yang bikin gue nganggukin kepala semangat karena film ini memiliki nilai edukasi dan motivasi yang tinggi. Pengambilan gambarnya apik, sudut-sudut sederhana yang tampak di kamera menjadi tampak mahal dan megah. Pemandangan alamnya luar biasa, efek-efek pendukungnya juga nggak sembarangan. Gue ragu kalo pas adegan badai, itu beneran ada badai, pasti bikinan... tapi berasa banget real-nya.

Kalo diperhatikan dari sisi motivasinya, kita bisa belajar dari sifat pantang menyerah Song dalam menjalani hidupnya sebagai guru di tempat terpencil. Lewat kata-kata semangat sederhana Ann di buku hariannya pun bisa. Dari sisi pendidikan dan kemanusiaan, kita bisa liat bahwa di manapun selalu ada anak-anak kurang mampu yang begitu pengen sekolah hingga gak peduli seperti apa repotnya, mereka tetep semangat masuk kelas. Dari segi wisata juga ada, angle yang dipakai bener-bener bagus sampe keindahan setting bisa tersorot dengan baik, bikin penasaran pengen ada di sana juga.

Di awal cerita kita disuguhin sama banyak sekali situasi komedi. Segar dan mudah sekali memancing tawa. Tapi, makin ke tengah, kadar komedi mulai disesuaikan dengan kadar seriusnya. Porsinya sangat berimbang, cerdas banget penulisnya, di mana saat yang tepat untuk menyisipkan komedi, di mana yang sebaiknya fokus sama masalah utamanya. No kidding, gue beneran iri sama kemampuan membuat cerita si penulis.

Cerita ini menyajikan intrik-intrik baru dalam genre romance, atau seenggaknya gue belom pernah nonton film dengan tema yang sama kayak gini sebelumnya. Aktor dan artisnya pun berhasil memainkan perannya dengan sangat baik. Pembangunan karakter, setting, dan alurnya pas banget. Mungkin karena itulah durasi film ini cukup panjang untuk sebuah cerita romance. Walau begitu, ceritanya sama sekali gak bikin bosen. Sebelum nulis review ini, gue udah nonton berulang sampe tiga kali loh. :))

Most Favorite Scene:
Adegan saat terjangan badai, dan komedi lebay pas Song ngelawan ular di dalam kelas ditonton sama murid-muridnya. Tapi, tentu saja yang paling luar biasa itu tersimpan di ending. Penasaran? Tonton sendiri makanya! :D

NB: Pemeran cowoknya koplak banget. Nggak jelek, tapi juga gak ganteng. Mirip Ben Joshua mungkin yak! Sedangkan pemeran ceweknya agak mirip Aura Kasih... :)) Tapi the most lovable character itu buat gue sebetulnya pemeran Bu Guru Gigi, sayangnya dia cuma dapet peran dikit.

Score: 9,7/10 - serius, film ini wajib banget ditonton bahkan oleh orang-orang yang skeptis sama film Thailand

Review Film TEACHER'S DIARY (2014) Review Film TEACHER'S DIARY (2014) Reviewed by Glen Tripollo on 23.09 Rating: 5

14 komentar:

  1. Wahhhh ini masuk list movie yang harus gue punya dan tonton!
    Penasaran juga sama film Timeline. Katanya bagus. Udah pernah nonton film itu nggak? :))

    Btw, thanks reviewnya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama. Ah, saya juga jadi pengen ngecek Timeline... :D

      Hapus
  2. Jujur ini salah satu film kesukaan ane. Recommend banget dah emang film" thailand ,kocak nya seru ga garing terus kalo romance ga kaya barat berkutat pasti ke se**,jadi ga bisa nonton SU kalo ini mah SU jadi ngajak siapa aja ga perlu was was hahahaha. Pengen suatu hari nanti bisa bikin film yang bisa membangun atau memberi pesan moral kaya ni film . Blog ente juga ane bilang seru juga bacanya. Dengan adanya review ,penilaian baik dari alur, akting pemeran, effect dalam film dll ya setidakny jadi ada gambaran deh tentang kualitas film" . Terus bikin review" film kaya gini bro. Semoga makin sukses deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yep, the best of the best dari film-film romcom Thai yang pernah gue tonton. Sip, Bro, terima kasih ya buat motivasi dan sarannya... :D

      Hapus
  3. Balasan
    1. Iya, filmnya keren. Bukan gue yang keren... XD

      Hapus
  4. tukang review nya apik temen....

    BalasHapus
  5. Wkwkwk, aku masih ingat banget waktu itu nonton film ini. Sampai diulang 2x karena keren banget. Pak guru bikin terharu dan ibu guru penuh dengan kasih sayang.

    Salam dari Jagongbakarrr

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, saya sampe 5x nggak bosen-bosen sama film ini. Hahaha. By the way, salam juga, thanks udah menyempatkan mampir.

      Hapus

Halo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.

Terima kasih ^__^)//

MovGeeks Team

Diberdayakan oleh Blogger.