header ads

[18+] Review Film SPY (2015)

SPY (2015) movie review by Glen Tripollo
Kalo sebelumnya kalian baca review film BIG GAME (2014), review itu memang baru di-posting kemarin, padahal gue udah mulai nulis review-nya sejak bulan lalu. Yeah, lama banget bukan penundaannya? Hehe. Oleh sebab itu, artinya udah sebulan lamanya gue nggak update blog ini. So, here I'm back, nge-review film yang baru aja selesai gue tonton setelah Subuh tadi. Mungkin telat, yah telat banget, berhubung waktu film ini rilis di bioskop, gue nggak berhasil nemu waktu pas buat nonton, sampe akhirnya udah keburu turun layar. Di situ kadang gue merasa sedih. Tapi, nggak apa-apa, coz pada akhirnya gue berhasil nonton juga kan~ Yuk, simak review film SPY (2015) versi gue berikut ini.

SPY (2015) bercerita tentang duo agen CIA, yang satu field agent bernama Bradley Fine (Jude Law), satunya lagi agen yang bekerja sebagai navigator di kantor bernama Susan Cooper (Melissa McCarthy). Saat sedang menjalani misi pencarian bom, Fine tertangkap basah oleh seorang wanita bernama Rayna Boyanov (Rose Byrne). Berdasarkan kamera yang menjadi mata bagi Susan, Fine terlihat terbunuh dengan satu tembakan di kepala. Nah, berhubung misi harus segera diselesaikan sebelum bom berpindah tangan dan dipakai untuk meneror, Susan mengajukan diri untuk menggantikan Fine menjadi field agent. Saat itu, ada field agent lain bernama Rick Ford (Jason Statham) yang ternyata teman baik Fine dan bermaksud menggantikan Fine dalam misi sebagai wujud balas dendam. Sayangnya, pimpinan mereka lebih memilih Susan untuk melakukan misi berbahaya tersebut. Salah satu alasannya karena Susan sangat terlihat "biasa" dan bisa dengan mudah berbaur di dalam keramaian tanpa seorang pun yang akan curiga. Merasa tak puas, Rick Ford pun diam-diam mengikuti Susan. Nah, bersama dengan navigatornya yang agak telmi and norak, Nancy (Miranda Hart), Susan menjalankan misi berbahaya tersebut. Berhasilkah dia? Well, buat yang belum nonton mendingan nonton sendiri aja ya untuk dapetin jawabannya~


Paul Feig as the writer and director?
Gue tau Paul Feig sebagai sutradara film komedi yang mumpuni sejak nonton film THE HEAT (2013). Gue suka duet Melissa McCarthy dan Sandra Bullock di sana, dan juga penggambaran tiap-tiap adegannya yang koplak. Nah, sayangnya, gaya komedik yang pernah gue rasain di film tersebut nggak bisa gue rasain di film ini. Mungkin alasannya karena THE HEAT (2013) ditulis oleh Katie Dippold, sedangkan SPY (2015) ditulis oleh Paul Feig sendiri. Jadi bisa dinilai bahwa jiwa komedi Paul Feig (saat ini) hanya sebatas nge-direct film, belum berhasil membuat cerita komedi yang lebih wow dengan hasil imajinasinya sendiri. He needs other writer's help kalo ke depannya nanti mau bikin SPY 2, misalnya. Padahal untuk segi cerita, SPY (2014) memiliki plot yang hanya satu tingkat di atas THE HEAT (2013). Bahkan aksi Melissa McCarthy di sini masih terlihat seperti karakter Mullins di film tersebut. Whatever, intinya gue nggak ngerasain feel yang sebelumnya udah gue ekspektasi bakal lebih mantap dari THE HEAT (2013). Tapi tenang, untuk segi direction, gue masih suka kok. Walau ada beberapa kekurangan yang bakal gue bahas di poin-poin selanjutnya. Nah, ada info numpang lewat soal film Paul Feig selanjutnya, yaitu GHOSTBUSTERS (2016) ladies version. Berhubung penulisnya kembali menggunakan Katie Dippold, artinya gue punya ekspektasi yang positif untuk film tersebut.

Jason Statham's character feels like a filler
Di film ini ada Jason Statham, yes! Dan gue percaya, adanya nama Jason Statham di film komedi begini termasuk salah satu alasan kenapa SPY (2015) booming banget waktu rilis. Kebanyakan pasti pada penasaran dengan Statham yang notabene bermuka kaku dan sering main film full action di film ini. Bisakah beliau ini berkomedi ria? Well, sadly to say, karakternya justru yang paling mengecewakan bagi gue. Pertama, screen time-nya sedikit banget. Cuma jadi Rick Ford, seorang field agent belagak jago yang banyak omong, membangga-banggakan diri dengan pengalaman-pengalaman lebay-nya. Muncul sesekali doang dan cuma jadi objek penderita. Jadi, apakah dia berkomedi di sini? Yeah, lewat dialog cheesy nan garing, panjang, dan lebar, serta kebanyakan F-words dan kata-kata kotor lainnya yang rasanya kurang dihayati sama Statham. Kedua, dia jadi bahan lelucon, field agent yang supposedly jago banget dibikin jadi bego kayak Johnny English. Shit men! Ngarep lawakan lucu dari Statham? Ngarep dia beradegan aksi keren di film ini? Lebih baik nggak usah nonton karena bakal kecewa. Oh ya, perannya yang cuma muncul di saat-saat tertentu cuma untuk dijadikan bahan bully ini juga akhirnya bikin gue ngecap SPY (2015) penuh dengan komedi yang terlalu dibuat-buat. Too comical dan nggak lucu.

Walau harus gue akui, beberapa adegan ada yang berasa lucunya, bisa diitung jari sih.


Dirty jokes, bad script, and unnecessary dialogues and scenes
Bagi yang udah nonton film ini di bioskop mungkin bakal baik-baik aja yah karena udah disensor, bener ga? Nah, berhubung gue nonton versi extended-nya, jadi gue kudu nambahin label 18+ di film ini. Yes, dirty jokes nebar di mana-mana. Dan entah kenapa rasanya jadi seperti menu utama. Lewat lawakan-lawakan seputar seks, dipertegas lagi dengan adegan-adegan yang cukup mesum. Entah berapa banyak adegan pegang dada di film ini yang sebetulnya nggak penting. Rasanya aneh aja gitu, apa yang lucu coba dari adegan megang-megang dada cewek? Terus ada satu adegan lumayan panjang yang menampilkan berulang kali alat vital pria tanpa sensor. Gue udah nyaris banting apapun benda yang ada di samping gue saat itu, karena gue sama sekali gak nyangka bakal ada adegan yang kelewat frontal seperti itu. Untuk script sendiri, nggak perlu gue bahas lebih lanjut karena nyaris setiap lawakannya garing. Yeah, I know it's American jokes, right? Tapi biasanya gue menikmati American jokes, dan versi yang ada di sini sangat fail bagi gue. Ditambah dialog yang diada-adain cuma buat mancing unsur kelucuan, akhirnya jadi kayak bertele-tele dan ... yah you know lah. Ini bikin gue jadi keinget lawakan sok lucu PESBUKERS. Dengan ini anggapan gue soal Paul Feig bertambah lagi, ternyata dia cuma bisa bikin lawakan mesum.

Plot twist yang dipaksa nge-twist, lalu di-twist-kan lagi, tapi sayang nggak ngefek karena sangat ketebak
Gue udah mulai sedih ngetik review ini karena sebagian besar masih ngomongin keburukan film ini. Jujur aja gue kecewa, karena mengingat hype yang pernah terjadi waktu film ini ditayangkan di bioskop. Woi, Jason Statham ngelawak, seru bro! Kocak bro! Anjir ngakak gue! Wajib nonton loe! Semua perkataan itu langsung luntur setelah gue saksikan sendiri keseluruhan filmnya. Sebagaimana spy movie lainnya (yang lebih serius), film ini pun nggak mau kalah dengan menyisipkan sebuah big plot twist yang kemudian di-twist lagi dengan maksud me-mind blowing-kan para penonton. But, sorry to say, satu pun nggak ada yang ngefek karena sangat kebaca dan ketebak. Unsur fun dalam film ini pun akhirnya mulai sirna, terlalu banyak kekurangan di sana-sini. Please deh, kantor CIA banyak tikus sampe manjat-manjat ke kepala personilnya? What the fuck! JOHNNY ENGLISH aja nggak begini-begini amat.

Alright, gue rasa segini aja keburukan film yang bisa gue bahas, belum termasuk CGI yang agak kasar di adegan-adegan terbang atau kebut-kebutan. Tapi untuk adegan tembak-tembakan, gue akuin ini masih bisa dibilang keren. Begitu juga dengan koreografi berantem yang dilakukan Melissa McCarthy di dalem dapur dengan alat-alat dapurnya itu. Mungkin jadi my most memorable scene di film ini.

Sebagai penutup, saran gue sih mendingan nonton ini di saat lagi bener-bener senggang aja. Ngga nonton nggak ada ruginya, dan definitely don't bring your underage children. Sendiri aja di dalem kamar terus dikunci. Otreh!

Score: 6/10

Posting Komentar

0 Komentar