Review Film THE GREAT WALL (2016)

THE GREAT WALL (2016) movie review by Glen Tripollo
Akhirnya, film perdana yang bakal gue review di tahun 2017 ini. Lucunya, ini sebenernya salah satu film yang berita perkembangannya nggak terlalu gue ikutin, karena lewat first look penampilan Matt Damon dalam still image yang pernah dirilis di akun Twitter official mereka, gue sama sekali nggak tertarik. Matt Damon main film China klasik, kolosal pula, dan desain baju yang dipakai Matt Damon di sana beneran keliatan nggak cocok. Well, maybe I wanna pass this one. Tapi itu sebelum gue ngeliat trailer-nya.

It's simply because, I don't have any idea about this movie at first. Gue cuma mengira dari judulnya, mungkin ini film bertemakan sejarah Tembok Besar China. Tapi setelah liat di trailer, and akhirnya menemukan apa yang sebetulnya bakal dibahas di dalam film ini, gue pun jadi tertarik. Jadi, yah, ngga butuh waktu lama untuk gue berangkat ke bioskop dan ngebelain nonton film yang satu ini. Terus gimana hasilnya? Yuk, simak review film THE GREAT WALL (2016) ala gue berikut ini.

THE GREAT WALL (2016) menceritakan dua orang tentara bayaran dari negeri barat, William Garin (Matt Damon) dan Pero Tovar (Pedro Pascal), yang sedang mencari bubuk hitam (mesiu) yang keberadaannya masih legenda. Hingga akhirnya mereka sampai di depan Tembok Besar dan menjadi tawanan para tentara China. William dan Tovar diinterogasi oleh para petinggi pasukan perang yang ngga begitu diperjelas namanya kecuali seorang wanita pemimpin pasukan tali berzirah biru bernama Lin Mei (Tian Jing) dan seorang ahli strategi perang bernama Wang (Andy Lau). Segera William dan Tovar mengerti bahwa pasukan perang China yang berada di Tembok Besar tersebut sedang berperang melawan makhluk misterius serupa kadal raksasa yang jumlahnya sangat banyak yang mereka namakan Tao Tie. Tembok Besar dibangun sejak enam puluh tahun silam demi menahan serangan tersebut agar tidak sampai ke ibukota kekaisaran. Keahlian William dalam menggunakan busur dan panah pun akhirnya menyelamatkan dirinya dari ancaman hukuman mati. Namun, saat dirinya dianggap sebagai seorang pahlawan dan dapat membantu pasukan perang China dalam menghadapi Tao Tie, William dihadapkan oleh pilihan sulit. Seorang pemburu bubuk hitam asal barat lainnya, Ballard (Willem Dafoe) yang sudah 25 tahun lamanya tinggal di Tembok Besar mengajak William dan Tovar untuk pergi bersamanya sambil membawa banyak bubuk hitam. Benda yang apabila dijual akan membuat mereka semua kaya raya. Kira-kira apa yang akan dilakukan William ya? Sementara Tao Tie diketahui telah banyak berevolusi dan memiliki kecerdasan tinggi. Penyerangan mereka terhadap ibukota bisa terjadi kapan saja. Tonton sendiri filmnya untuk tahu bagaimana kisahnya ya~!



Not so bad CGI effect, awesome cinematography
Film ini kalau nggak salah didapuk sebagai film China termahal, yakni tembus biaya produksi hingga $135 juta dan sepenuhnya proses syuting dilakukan di China, tepatnya di Qingdao. Disutradarai oleh Zhang Yimou yang pernah menggarap film HERO (2002) dan HOUSE OF FLYING DAGGER (2005) jadi sebetulnya sutradara film ini udah berpengalaman banget menggarap film klasik dengan CGI effect yang tergolong massive. Gue pribadi menilai THE GREAT WALL memiliki CGI effect dengan kualitas lumayan. Efek saat adegan-adegan skala sempit, penggambaran setting saat kamera ngga menyorot panorama terlalu luas, bisa dikatakan sangat bersih dan apik. Nge-blend banget dengan para pemain yang berlalu lalang. Namun, saat penyorotan panorama begitu luas, seperti penggambaran Tembok Besar secara keseluruhan, penggambaran senjata berukuran besar mereka, dan juga Tao Tie, CGI effect tergolong masih kasar. It's not that bad thou, karena sepanjang film gue masih bisa menikmati secara maksimal tanpa terganggu dengan pikiran-pikiran seperti "ih kok efeknya gini? kok gitu". Jadi santai aja, it's still very enjoyable. Lagipula film garapan Hollywood mainstream sekalipun masih banyak kok yang kualitas CGI-nya rendah.

Kekurangan dalam hal efek sebetulnya tertutupi dengan bagaimana proses pengambilan gambar diambil. Yep, sinematografi film ini terbilang bagus banget dan halus. Pengambilan sudut pandang yang keren, film ini menyajikan banyak banget pengalaman menarik yang bisa dirasakan sama para penonton yang jarang banget ada di film lainnya. Sulit buat dijelasin sih bagaimana dan yang mana, kalian harus ngecek filmnya sendiri untuk bisa ngerasain excitement seperti yang gue rasain.

Tapi kalo ditanya, kira-kira worth it gak nonton film ini dalam versi 3D? Gue bilang tergantung. Karena memang film ini menyisipkan cukup banyak adegan yang pastinya bisa berefek lebih mantap kalau ditonton secara 3D, di sisi lain kacamata 3D akan sedikit menganggu pandangan kita terhadap keseluruhan layar. Dan juga mengingat kualitas CGI yang belum semulus DOCTOR STRANGE (2016), mending save a little of your money, and watch the regular version instead. Lumayan buat nambahin beli popcorn.



Mainstream story but full of excitement
Yep, secara garis besar cerita sebetulnya sangat mainstream dan mudah ditebak. Ngga ada plot twist di sini, adanya perkembangan karakter dan konflik yang tumpang tindih antara perang menghadapi Tao Tie, dan niat terselubung untuk mencuri bubuk hitam. Ada drama yang mengarah ke romance tapi nggak terlihat alias begitu halus antara William dan Lin Mei. Sehingga nggak perlu dikhawatirkan karena ngga ada adegan romance sama sekali di sini, menjadikan film ini sangat aman ditonton oleh keluarga termasuk juga anak-anak. Asal mereka nggak histeris aja ngeliat penampakan Tao Tie yang cukup disturbing.

Nah seperti yang gue bilang sebelumnya, film ini bener-bener ngasih banyak pengalaman menarik buat penontonnya. Full of excitements, seperti misalnya bisa terlihat dari kostum yang dipakai para pemerannya. Gue acungin jempol buat costume designer-nya. Begitu colorful kayak Power Rangers, tapi juga punya desain yang keren dan pas banget melekat di badan para pemerannya. Semuanya, kecuali baju yang dipakai Matt Damon. Gue nggak ngerti kenapa keliatannya kostum Matt Damon di sini kayak becandaan. Mungkin juga faktor muka Matt Damon yang emang kurang cocok buat tampil di film-film klasik zaman perang kayak gini. Yah, sejujurnya gue sendiri kaget banget sama Matt Damon yang tiba-tiba terlibat sama film model begini. Image beliau lebih ngena ke film aksi modern kayak JASON BOURNE (2016).

Yang ini sengaja gue pisah karena
doi adalah tokoh tergoblok di film ini.

Gue ngga bisa memungkiri (walau ini kesannya subjektif banget) tapi ada dua orang yang berhasil mencuri perhatian di film ini. Pertama, Tian Jing yang luar biasa cantiknya berperan sebagai Commander Lin Mei. Cantiknya ini bikin gue keinget sama Bingbing Fan pas meranin Blink di X-MEN: DAYS OF FUTURE PAST (2014). Gaya rambut dan zirah yang dipakainya beneran nendang banget. Seriously, gue nahan diri biar nggak drolling atau yang lebih parah mimisan setiap kali ngeliat doi muncul di setiap adegannya. Two thumbs up for her, and I hope she will become better and better on her upcoming movies like KONG: THE SKULL ISLAND (2017) and PACIFIC RIM: UPRISING (2018), terutama dalam kualitas aktingnya, jadi ngga modal tampang cantik aja. Kedua, yang mencuri perhatian bukan Lu Han, kalo K-Popers mungkin bakal seneng banget ngeliat Lu Han yang ternyata bisa akting walau perannya begitu culun, but no, it's not him, tapi Andy Lau. Bisa dibilang ini film pertama yang gue ngeh banget Andy Lau ngomong pake Bahasa Inggris. Penampilannya yang terkesan bijaksana, penyabar, dan sangat bersahaja, cocok banget diperankan sama Andy Lau, walau sebetulnya masih meninggalkan sedikit kesan seperti karakter beliau di film SHAOLIN (2011). Emang sih ya karisma aktor laga jaman baheula lebih kuat ketimbang si tokoh utamanya sendiri di film ini.

Excitement selanjutnya adalah penggambaran Tembok Besar China yang canggih banget. Dengan peralatan tempur kuno tapi terkesan mutakhir banget sistemnya. Dari mulai pelontar, panah gede, sampe sistem tempur para pejuang wanitanya yang disebut Pasukan Tali. Jadi mereka ngelawan Tao Tie dengan cara bungee jumping sambil nyoblosin badan Tao Tie di bawahnya. Belum lagi adegan aksi kombinasi antara William dan Tovar yang greget abis. Pokoknya mesti cek sendiri, guys!

Wasting of plot device and characters
Kalo tadi gue udah jabarin kelebihannya, sekarang gue bahas kekurangan yang paling jelas dalam film ini. Di awal cerita, diperkenalkan tokoh-tokoh para komandan dari setiap divisi perang yang tampangnya badass dan juga memakai stelan zirah perang yang keren-keren. Sayangnya, hingga ke akhir cerita, tokoh-tokoh komandan ini kurang disorot dan bahkan terkesan seperti dilupakan keberadaannya. Bakalan sempurna banget kalo aja disediakan screen time khusus untuk mereka menunjukkan taringnya. Bagi gue ini sayang banget, kayak buang-buang resource yang berharga. Kalo alasannya karena terpentok budget yang udah mahal (menyorot pertarungan melawan Tao Tie artinya menambah budget untuk CGI effect) mungkin gue masih maklumin sih. Tapi kalo alasannya karena durasi, gue justru kesel karena durasi film ini masih belum cukup pas, setidaknya 2 jam lebih dikit bakal sempurna.

Kesimpulan akhir yang bisa gue ambil setelah nonton film ini adalah, ini film yang menyimpan banyak kesenangan dan bisa banget menghibur penonton dari berbagai sisi. Mulai dari ketegangannya, nuansa filmnya, cuci matanya (ngeliatin cantiknya Tian Jing), bahkan ada adegan yang gue tau ngga dimaksudkan untuk komedi, namun kerasa greget bikin pengen ngakak. Film ini totally safe for children, jadi buat para orangtua ngga perlu khawatir membawa putra-putrinya yang masih kecil buat nonton. It's definitely not an Oscar bait movie... but it's still above average popcorn movie.

NB: Ratu Tao Tie beneran bikin gregetan. Terus salah satu orang kepercayaan kaisar sumpah goblok banget. Wahahaha.

Score: 8/10

Review Film THE GREAT WALL (2016) Review Film THE GREAT WALL (2016) Reviewed by Glen Tripollo on 14.48 Rating: 5

4 komentar:

  1. Penasaran sama yang dibilang cantik itu, sebagaimanakah cantiknya?

    Dari rating yang diberikan Sepertinya menarik bgt untuk segera di tonton.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cantiknya sih relatif yaa... tapi kalo demen Fan Bingbing pas jadi Blink di X-Men: Days of Future Past, kemungkinan besar bakal kepincut sama Jing Tian di film ini.

      Hapus

Halo, Sobat MovGeeks! Kalau kamu udah pernah atau pun belum menonton film ini, silakan sampaikan pendapatnya di kolom komentar, ya. Pergunakan bahasa yang sopan, tidak SARA atau mengandung pornografi. Dimohon juga untuk tidak meninggalkan link aktif, karena berpotensi SPAM.

Terima kasih ^__^)//

MovGeeks Team

Diberdayakan oleh Blogger.