header ads

Review Film HERCULES (2014)

Hercules (2014) movie review by Glen Tripollo
Gue termasuk salah satu penggemar Dwayne "The Rock" Johnson (walaupun nggak sampe gila-gilaan nge-fans-nya), maka gue lumayan nunggu-nungguin film ini tayang sejak tahun lalu. Sebenernya sih, awalnya gue nggak yakin kalo "The Rock" itu cocok memainkan peran sebagai manusia setengah dewa tersebut berhubung yang terpatri di kepala gue masihlah Hercules TV series jadul versi Kevin Sorbo, Hercules yang penggambaran dirinya nggak begitu kekar, rada tengil, dan bertarung melawan makhluk-makhluk dewata dan juga monster yang ngeganggu kedamaian hidup umat manusia. Tapi kan sebagaimana yang namanya hidup, juga ngambil contoh remake TEENAGE MUTANT NINJA TURTLES (2014) versi Liebesman dan otak kreatif Michael Bay yang mendobrak fakta bahwa pembaharuan nggak selamanya jelek, gue pun berusaha berpikir positif dan tetep ngecek film ini. But, sadly to say, ternyata dugaan gue 90% bener. Gue nggak merasa "The Rock" bisa bener-bener nempel sama karakter yang satu ini sekalipun perawakan dirinya tinggi besar dan bermuka sangar-tapi-ramah.

Secara keseluruhan, gue suka sama film ini (serius), setidaknya ini lebih bagus ketimbang "THE LEGEND OF HERCULES (2014)" versi Kellan Lutz yang nongol di awal tahun 2014 ini (mungkin nanti review-nya bisa menyusul), karena masih punya jalan cerita yang cukup matang dan konflik yang (walaupun standar dan mainstream yang pastinya jauh di luar dugaan awal gue) masih bisa dinikmati sebagai hiburan di kala hati dan kepala mumet.

Nah, untuk memudahkan gue ngasih penilaian terhadap film ini, gue udah ngerangkum semuanya ke dalam beberapa poin-poin penting yang tentunya sangat subjektif dari kacamata gue pribadi yang notabene termasuk salah satu penggemar film dengan genre sejenis. So, it will kinda strict opinion~ here we go.


The Characters
Nggak ada yang lebih menarik untuk dibahas di sini pertama kali selain karakter dalam film. Selain--tentu saja--Hercules sendiri, dalam film kita diperkenalkan karakter-karakter pendukung di kubu sang jagoan. Mereka adalah Amphiaraus (cenayang separuh baya yang bijak), Autolycus (pencuri handal, karakter ini kebetulan gue inget ada juga di film seri versi Kevin Sorbo), Iolaus (di sini sebagai keponakan (?) Hercules yang culun tapi jago ngomong), Atalanta (cewek perkasa yang jago panahan), dan Tydeus (manusia yang sifatnya kayak binatang dan setia banget sama Hercules).

Masing-masing dari karakter pendukung ini langsung ada sejak awal kisah utamanya dimulai, which means agak terlalu sedikit waktu yang disediakan untuk penonton mengenal lebih dalam mengenai karakter-karakter tersebut. Ada sedikit perbedaan penggambaran antara karakter dalam film dengan mitologinya, tapi gue rasa ini nggak terlalu penting karena kebanyakan penonton juga bukan orang yang tahu dan mengerti mengenai mitologi Yunani secara rinci.



Satu-satunya yang kurang gue rasakan di dalam film ini adalah aura. Aura semua karakternya nggak ada yang kuat termasuk sang Hercules sendiri. Alih-alih sekumpulan orang-orang hebat dengan kemampuan jauh di atas manusia pada umumnya, gue ngeliat Team Hercules ini seperti sekumpulan orang biasa yang jago perang. Terus yang ini mungkin agak aneh, gue justru paling suka sama karakter Tydeus yang sepanjang film sama sekali nggak ngomong.

The Story
Nah, yang ini bisa jadi kekecewaan gue yang terbesar. Gue mengharapkan sebuah kisah Hercules yang kayak di film serinya, yang banyak ngelawan makhluk-makhluk setengah dewa dan monster. Yah, kasarnya gue ngeharepin Hercules yang disajikan sejenis dengan CLASH OF THE TITANS and WRATH OF THE TITANS. Oh, please, bahkan kisah modern kayak PERCY JACKSON Saga aja masih masukin unsur monster dalam petualangannya. Film HERCULES (2014) yang ini lebih "normal" karena konflik yang disajikan nyaris nggak ada bedanya dengan film-film perang medieval lainnya. Ada unsur kemanusiaan dan penghianatan dalam perang, twist yang gampang ketebak, dan sebagainya.

HERCULES (2014) menceritakan tentang manusia setengah dewa yang melakukan perjalanan dan bekerja sebagai tentara bayaran bersama teman-temannya yang dia temukan sepanjang perjalanan. Timeline-nya setelah Hercules berhasil menyelesaikan tugas sakral (twelve labors) dari Zeus. Dia dan temannya dibayar untuk membantu sebuah kerajaan berperang demi melindungi seluruh rakyat dari serangan pasukan musuh.


Pesan gue adalah: Jangan percaya sama apa yang kalian liat di trailer-nya. Karena apa yang ditampilkan dalam trailer, semuanya hanya secuplik adegan-adegan awal cerita Hercules, intinya hanya sekedar tempelan untuk memperkuat dan menjelaskan secara garis besar bahwa Hercules yang ini merupakan Hercules yang sama dengan mitologinya. Terlalu TELL dan agak membosankan. Baiklah, pada akhirnya soal cerita harus sedikit gue maklumin berhubung judul lengkap film ini adalah "Hercules: The Thracian War" yang mana merupakan adaptasi dari graphic novel karya Steve Moore dengan ilustratornya Admira Wijaya (asal Indonesia) yang berjudul sama.

The Outfits
Desain baju yang dipakai sama semua karakternya menurut gue udah bagus, kecuali (lagi-lagi gue mesti sedih bilangnya) baju Hercules sendiri. Pelindung badannya sangat jelas terlihat kekecilan di badan Hercules. Tau sih kalo yang kayak gitu dibikin all-size, tapi tetep aja aneh liatnya.

The Battle Scene
Berhubung fokus dalam kisah ini adalah perang, so adegan perang juga jadi satu hal yang gue perhatiin dalam kisah ini. Menurut gue dengan segala kekurangan yang udah gue sebutin di atas, adegan perang dalam film ini lumayan bagus dan terkelola dengan baik penggarapannya. Baik dari segi kolosalnya dan teknik bertarungnya (walau dikit banget darah bermuncratan dengan maksud mengejar rating PG-13 kalo di US sono), tapi gue yakin sebenernya adegan ini bisa dibikin jauh lebih epik lagi.

The Twist and The Plothole
Inti kisah "Hercules" yang sederhana dan sebenernya mudah ditebak ini tetap menyimpan seprintilan twist yang bakal bikin penonton menganga. Ada beberapa adegan yang gue nggak nyangka banget bakal kejadian, tapi justru twist untuk konflik utamanya sangat mudah ditebak bahkan sejak lima belas menit pertama.

Lantas bagaimana dengan plothole? Nggak ada sebuah cerita yang sempurna sampai-sampai tidak memiliki plothole. Demikian pula dengan HERCULES (2014). Satu yang paling menonjol adalah ketika pasukan yang dipimpin Hercules udah banyak yang modar dalam perang, tapi di saat beristirahat tiba-tiba aja Iolaus membagi-bagikan baju perang yang terbuat dari kulit. Gue heran, armor sebanyak itu kapan bikinnya coba?

Nah, that's all yang bisa gue omongin soal film ini. Bukan seperti yang gue harapkan, tapi masih oke untuk dijadikan hiburan. Film ini juga bisa ditonton kok sama keluarga asalkan anak-anak tetep dibimbing sama orangtua. Adegan perang nggak terlalu brutal dan hampir nggak ada darah bertebaran. Ada adegan Megara (istri Hercules) ngebuka gaunnya saat hendak berendam, itu pun cuma terlihat bagian punggung aja. (yaaaah kecewa~) Intinya, film ini aman dan punya cerita sederhana yang mudah untuk dicerna.

Gue masih berharap suatu hari nanti ada sutradara yang mengangkat kisah Hercules dengan lebih epik lagi, ngelawan monster atau apalah, terus juga sebaiknya sih cari aktor lain untuk memerankannya karena Dwayne Johnson terbukti kurang mampu memancarkan karismanya lewat karakter Hercules ini (menurut gue sih).

My Favorite Scene:
Cuma adegan di awal aja, ketika digambarkan Hercules sedang menjalani tugas dari Zeus melawan monster-monster mitologi. Sayangnya cuma sebentar dan sekilas aja.

My Favorite Quote:
Amphiaraus : "No matter how far you go, man cannot escape his fate. Who are you? Are you a murderer? Are you a mercenary who turns his back on the innocent? We believe in you! We have faith in you! Remember the deeds you have performed, the labors you have overcome! Are you only the legend, or are you truth behind the legend? Now, tell me, WHO ARE YOU?"
Hercules : "I AM HERCULES!"

Rating: 7,6/10

Posting Komentar

0 Komentar